“A paranoid is someone who knows a little of what’s going on. ”
―
BarisanBerita.com,- Tingkat kepuasan publik pada figur Joko Widodo mencapai tujuh puluh persen lebih. Popularitas dan pengaruh ini coba dimanfaatkan seteru Anies dalam Pilgub Jakarta. Masihkah efektif Jokowi Effect?
Isu keterlibatan Jokowi dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 menguak keras, hingga menghiasi banyak media massa. Cawe-cawe orang nomor satu di republik ini kembali membuat hangat konstelasi politik tanah air.
Namun tudingan keterlibatan Jokowi di perhelatan kontes mencari Gubernur Jakarta ini memang bukan tanpa alasan, setelah melihat sepak terjang The Invisible Hand dari Jokowi di Pilpres lalu, yang berhasil mememangkan pasangan Prabowo-Gibran.
Berdasarkan survei Litbang Kompas, tingkat kepuasan publik pada kinerja Presiden Joko Widodo mencapai 74 persen, dan hal inilah yang dijadikan dorongan bagi partai kontra Anies untuk mengandalkan efek tersebut, meski itu dituding sebagai cawe-cawe sang Presiden.
Isu tersebut dibantah oleh relawan pendukung Jokowi, Solidaritas Merah Putih (Solmet).
Ketua Umum Solmet Silfester Matutina membantah adanya keterlibatan dan ikut campur Jokowi di pilkada serentak pada 27 November mendatang.
“Fakta bukti ataupun apa pun yang selama ini diopinikan secara negatif oleh lawan-lawan politik, kalau mau dikatakan, belum pernah ada Pak Jokowi mengintervensi,” kata Silfester dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 21 Juni 2024 seperti dikutip Antara.
Menurut dia, isu cawe-cawe Jokowi yang akan menjegal Anies Baswedan di Pilgub Jakarta hanya ketakutan dari lawan politik. Dia menuturkan isu itu pun pernah terjadi di pemilihan presiden atau Pilpres 2024. Namun kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi dan Anies tetap menjadi calon presiden.
Berdasarkan temuan majalah Tempo Edisi 17-23 Juni 2024, Jokowi disampaikan sedang membujuk elite partai politik anggota Koalisi Perubahan seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasdem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) agar tak mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024. Kepada mereka, Istana menjanjikan kursi kabinet di pemerintahan presiden terpilih 2024-2029.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu menegaskan masa kepemimpinan Jokowi akan berakhir dan berganti dengan kepemimpinan baru Prabowo-Gibran saat Pilkada Jakarta berlangsung.
“Yang nantinya akan memimpin Indonesia setelah 20 Oktober 2024 ini adalah Pak Prabowo dan Mas Gibran,” ujarnya.
Dia mengatakan, meskipun anak ketiga dari Presiden Jokowi yakni Kaesang Pangarep juga digadang-gadang akan maju pada Pilkada Jakarta, Jokowi telah menegaskan akan kembali ke Kota Solo, Jawa Tengah untuk menjaga cucu.
Bahkan, kata dia, selain Kaesang, masih banyak tokoh politik yang bisa berkompetisi dengan Anies di Pilkada Jakarta, seperti Ridwan Kamil dan Budi Djiwandono.
“Walaupun Pak Anies sampai saat ini elektabilitasnya cukup tinggi di Jakarta, ada anak-anak muda seperti Mas Budi Djiwandono,” katanya menegaskan.
Menanggapi isu keterlibatan Presiden Jokowi dalam Pilgub Jakarta, Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan tidak ada tawaran Istana kepada PKS agar ikut bergabung mengusung mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep.
“Sampai sekarang kan belum ada tawaran terkait dengan itu,” kata Syaikhu usai menghadiri acara Tebar Kurban di kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS, Selasa, 18 Juni 2024.
Namun dia mengakui PKS membuka komunikasi dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang merepresentasikan kubu pemerintah. Di sisi lain, dia menegaskan proses lobi politik PKS dengan PKB dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih berlangsung. “Komunikasi dengan berbagai partai, bukan cuma dengan KIM,” tuturnya.
(BBS/wo, Bobby)