Kisah Nyata: Mister Presiden Tolong Selamatkan Arafat!

0
963

Awalnya Bassam menganggap telepon masuk itu hanya becandaan. Lalu dia menghubungi aparat resmi pemerintah Libya soal perkembangan pesawat Arafat. Bassam menelpon Abdullah Al-Sanussi, orang kepercayaan Presiden Libya kala itu, Muammar Qaddafi, dan membenarkan mereka kehilangan kontak dengan pesawat Arafat. Namun mereka sedang berusaha mencari lokasi pesawat tersebut.

Bocah Palestina bangga membawa foto Arafat

Bassam tahu akan ada mimpi buruk yang akan datang. Dan benar saja, Abdullah Al-Sanussi melapor pihaknya belum mendapatkan lokasi Arafat, yang kemungkinan pesawat jatuh di sekitar daerah Sara. Peristiwa tentang kecelakaan itu mulai masuk ke kantor Bassam. Kepada wartawan, Bassam meminta mereka bersabar menunggu berita terbaru.

Bassam berpikir cepat, dia segera menghubungi pihak Amerika Serikat, Inggris, Perancis, tiga negara yang secara teknik dapat mengetahui lokasi pesawat Arafat— mereka punya satelit canggih. Satelit mereka selama 24 jam mengitari kawasan Timur Tengah, dan bagi Bassam ini kesempatan juga untuk membuktikan kecanggihan satelit tersebut.

Asisten kepercayaan Arafat ini juga paham bahwa satelit tiga negara tersebut merekam apa yang terjadi, dan bisa memberitahu lokasi pesawat yang kecelakaan itu. Pihak Inggris dan Perancis berjanji akan segera membantu memberitahu lokasi Arafat.

Foto Arafat yang diambil intelijen Israel, Mossad, ketika berniat membunuh pimpinan Palestina tersebut.

Takut usahanya terlambat dan makin membahayakan nyawa Arafat, Bassam bertindak lebih cepat lagi, dia menghubungi Gedung Putih. Orang yang menerima telepon Bassam, adalah seorang resepsionis. Bassam mengenalkan dirinya sambil memberitahu kode sandi, dan meminta agar petugas menghubungi Presiden Amerika saat itu, Jimmy Carter. Saat itu masih subuh ketika Bassam menelpon Gedung Putih, artinya sang presiden sedang tidur. Lalu terdengar jawaban istri Carter, yang memberitahu bahwa presiden sedang tidur.

Setelah Bassam memberitahu kondisi darurat yang dialami Yasser Arafat, istri sang presiden lalu membangunkan suaminya. Tak lama kemudian Presiden Jimmy Carter mendengar penjelasan Bassam.

Bassam meminta agar satelit Amerika yang mengawasi wilayah Libya bisa membantu mencari lokasi pesawat Arafat. Presiden Carter kemudian mengatakan agar Bassam menunggu selama lima belas menit sampai dia nanti menghubungi Bassam.

Lima belas menit tersebut menjadi penantian paling lama bagi hidup Bassam. Dia sangat khawatir keselamatan Arafat. Bassam berharap Presiden Carter dapat menyelamatkan Arafat.

Akhirnya Presiden carter menghubungi Bassam, dan memberitahu kordinat pesawat Arafat. Dengat cepat Bassam menghubungi Al-Sanussi. Pasukan Libya dengan informasi itu segera bergerak mencari keberadaan Arafat. Meski begitu pencarian tetap sulit karena jarak padang terbatas akibat badai pasir. Waktu terus berjalan, namun pasukan Libya belum juga menemukan Arafat. Rasa putus asa hampir mengagalkan pencarian tersebut. Tapi tiba-tiba serombongan suku Badui datang dan bertanya, “Kalian sedang mencari apa?” teriak salah satunya.

Kelompok Badui itu dengan sukarela membantu mencari setelah tahu apa yang sedang dicari. Dengan keahlian mereka sebagai suku yang terbiasa di padang pasir, mereka mulai bisa meraba di mana posisi jatuhnya pesawat. Sementara, Bassam terus disibukan dengan telepon dari banyak kantor berita asing yang tak sabar mengenai kondisi Arafat.

Setiap orang berspekulasi tentang nasib Presiden Arafat, dan hal terburuk pun hinggap di pikiran mereka. Lalu Bassam menyewa pesawat pribadi untuk menuju Libya. Saat di atas pesawat, dua jam kemudian Bassam menerima informasi bahwa pesawat berhasil ditemukan, dan Arafat dievakuasi Rumah Sakit di Libya. Bassam menghubungi petinggi Palestina lainnya menanyakan kondisi Arafat. Namun mereka tak tahu banyak tentang keadaan presiden.

Satu jam kemudian, Bassam menerima telepon dari Arafat, “Terima kasih Tuhan, Aku baik-baik saja,” kata Arafat. Mendengar itu Bassam terdiam dan kemudian menangis.

Sang Presiden Palestina berhasil diselamatkan.

( Dikutip dari buku berjudul: “Arafat and The Dream of Palestine. An Insider Account Bassam Abu Sharif” )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here