Mengenal Doni Monardo, Jenderal Kopassus yang Pimpin Perang Melawan Corona

18
1681
Doni Monardo

Presiden Joko Widodo menunjuk Doni Monardo sebagai Ketua Gugus Tugas Covid-19 pada Jumat lalu (13/3). Ia dipercaya memimpin penanganan virus corona di Tanah Air sambil tetap menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB.

Ada tiga pekerjaan utama gugus tugas tersebut. Pertama, pencegahan virus corona, termasuk sosialisasi, edukasi, dan mitigasi. Lalu, pelacakan, perawatan, dan pengobatan bagi masyarakat yang kurang sehat. “Terakhir, rehabilitasi,” katanya dalam konferensi pers pekan lalu.

Doni merupakan Kepala BNPB pertama yang berlatar belakang militer. Ia dilantik pada 9 Januari 2019. Jokowi menilainya sebagai sosok yang memiliki kemampuan manajemen dan koordinasi yang kuat dalam penanganan bencana.

Pria yang hobi menembak dan bela diri ini menerima posisi tersebut sambil tetap berstatus perwira aktif. Pangkat terakhirnya, yaitu letnan jenderal.

Karier Doni di jalur militer terbilang cukup melesat. Ia berpindah-pindah di beragam satuan tugas. Awalnya, ia masuk di jajaran Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1986 hingga 1998.

Kemudian, pada 1999 sampai 2001, ia pindah tugas ke Batalyon Raider di Bali. Setelah itu, Doni dipercaya untuk bergabung dengan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dari 2001 hingga 2004.

Pada 2005, Doni bertugas di Aceh. Di tahun berikutnya ia meneruskan karier di Paspampres sebagai Komandan Detasemen Markas (Dandenma) dan Wakil Asisten Operasi (Wasops) Komandan Paspampres.

Perjalanannya sebagai anggota Paspampres kemudian berakhir, Doni dialihkan menjadi Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dengan penempatan tugas di Sulawesi Selatan pada dari 2006 sampai 2008.

Beranjak dari Sulawesi Selatan, Doni dipertemukan kembali dengan jajaran Paspampres. Namun, kali ini bukan lagi sebagai anggota, melainkan sebagai Komandan Grup A Paspampres dari 2008 hingga 2010.

Kariernya di Paspampres terhenti lagi ketika Doni ditugaskan sebagai Komandan Resort Militer (Danrem) 061 Surya Kencana Bogor pada 2010-2011. Selanjutnya, ia dipertemukan kembali dengan jajaran Koppasus, sebagai Wakil Komandan Jendral (Wadanjen) Kopassus pada 2011 hingga 2012.

Doni sempat dipercayakan kembali untuk memimpin kembali Paspampres sebagai Komandan pada 2012 hingga 2014, sebelum kariernya melesat dengan diangkat sebagai Komandan Jendral (Danjen) Kopassus pada 2014 sampai 2015.

Dari Kopassus, Doni kemudian naik jabatan sebagai Panglima Kodam (Pangdam) XVI Pattimura pada 2015. Jabatan ini ia emban selama dua tahun. Lalu, ia dilantik menjadi Pangdam III Siliwangi pada 2017-2018.

Sebelum menjadi bos BNPB, Doni sempat ditarik menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas). Posisi ini hanya ia emban kurang dari setahun.

Pengalaman di Operasi Militer Timor Timur Sekitar 30 tahun lalu, Doni bertugas di darurat operasi militer Timor Timur sebagai Komandan Satuan (Dansat) Intel Kopassus.

Dilansir dari Liputan6.com, mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao pada tahun lalu pernah menyebut Doni selalu menggunakan pendekatan kemanusiaan saat menjalankan operasi di negaranya.

Pendekatan ini pun ia lakukan saat berurusan dengan jaringan bawah tanah Timor Leste yang berbahaya, Klandestin. Doni bahkan pernah nekat mendatangi keluarga-keluarga simpatisan Falintil, sayap politik militer yang paling disegani di sana saat itu. Ia datang ke sana sambil membawa beras, makanan, dan baju.

Pria kelahiran Cimahi, 10 Mei 1963 itu juga dikenal tidak suka menggunakan senjata api, kecuali jika musuhnya menyerang lebih dulu. Masyarakat Timor Timur yang simpatik dengan pendekatan kemanusiaan Doni sampai memberikan informasi-informasi penting kepadanya.

Pencapaian gemilang Doni lainnya adalah berhasil menyelesaikan misi pembebasan kapal MV Sinar Kudus di Somalia.

Doni masih menjabat sebagai Danrem 061 Surya Kencana Bogor saat terlibat dalam misi tersebut. Kapal MV Sinar Kudus milik PT Samudra Indonesia dibajak oleh perompak pada 16 Maret tahun 2011, saat berada di tengah Perairan Somalia. Lokasi tepatnya sekitar 350 mil laut tenggara Oman.

Kapal berbobot 8.911 ton yang bermuatan ferro nikel tersebut dibajak dalam pelayarannya dari Sulawesi menuju Rotterdam, Belanda.

Pada 23 Maret 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk satuan tugas untuk membebaskan kapal tersebut, dengan Doni sebagai Wakil Komando.

Setelah rangkaian pengintaian dan negosiasi, Doni sukses memimpin operasi militer hingga mampu melakukan pengejaran perompak ke garis pantai Somalia dan membebaskan para sandera.

Bapak beranak tiga ini juga tertarik dengan isu lingkungan. Ketika menjabat sebagai Kostrad di Sulawesi Selatan, ia melakukan upaya penghijauan di sejumlah lahan tandus di provinsi tersebut, termasuk di kawasan Bandar Udara Hassanudin, Makassar.

Saat menjadi Pangdam Siliwangi, Doni sempat menggagas program Citarum Harum untuk membersihkan kembali Sungai Citarum yang tercemar berat di Jawa Barat. Namun belum sempat menyelesaikan programnya, jenderal bintang tiga itu ditarik ke Jakarta untuk menduduki posisi Sesjen Wantannas.
(KT)

18 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here