Secret Files: Kennedy Killed Marilyn Monroe

0
1827

Abjad K

Saat usianya 27 tahun, Rothmiller bertugas di LAPD bagian Divisi intelijen Organisasi Kejahatan/Organised Crime Intelligence Division (OCID). Pria yang sebelumnya pernah bertugas di ketentaraan selama enam tahun ini,  bekerja di dalam ruangan penuh dokumen, di gedung yang dilengkapi piranti antibom, dan tak berjendela. Ruangan itu diberi nama Fort Davis.

Sepuluh ribu dokumen tersimpan di ruangan tersebut, berisi fakta, rumor, perkiraan, dan gosip tentang siapa saja yang terkait dengan kejahatan. Di dokumen itu ada nama-nama bos mafia, politisi, aktor hingga bintang rock, dan wartawan hingga presenter tv. Namun tak semuanya berkaitan dengan kejahatan, melainkan soal latar belakang para tokoh itu, yang suatu saat bisa dipakai jika diperlukan. Tugas divisi ini adalah mengumpulkan bahan-bahan yang bisa mempermalukan para tokoh tersebut jika terlibat kejahatan.

Makin tertarik dengan dokumen-dokumen tersebut, Rothmiller mulai menelaah lebih jauh. Perhatiannya terpusat pada lemari yang diurut berdasarkan alfabetikal. Mata Rothmiller kemudian tertuju pada hurup K. Dia membuka lemari dengan tanda hurup K tersebut. Isinya ternyata dokumen berisi hal tentang Marilyn Monroe. Di situ terdapat banyak dokumen yang diikat persatu bundel.

Perlahan polisi ini lalu membuka sebuah dokumen. Di situ tercantum nama penyanyi Frank Sinatra, Dean Martin, Sammy Davis Jnr. Dokumen itu ditandai tulisan Cfs—confidential Files atau dokumen rahasia. Secara resmi dokumen ini dianggap tidak pernah ada.

Kemana dokumen-dokumen tersebut disimpan, Rothmiller mengaku tidak tahu karena pada tahun 1997 divisi tempat pria ini pernah bertugas sudah berganti nama.

Saat bertugas di Fort Davis, Rothmiller tidak diijinkan membuat salinan, maka dia menggunakan metode pencatatan sebisa mungkin, dan menulis ulang apa saja yang dia baca dan ingat.

Ada satu dokumen rahasia yang Rothmiller catat, yaitu tentang Buku Harian Marilyn Monroe. Sempat beredar isu di publik kala itu tentang misteri beradaan buku harian tersebut. Namun saat itu, di hadapan Rothmiller sendiri ternyata buku itu memang ada. Buku itu berukuran kecil dan berwarna merah. Padahal para ahli sejarah tentang dunia hiburan tak pernah menemukan buku tersebut hingga kematian Marilyn Monroe.

Rothmiller yakin LAPD punya salinan dan bahkan buku asli milik Marilyn Monroe tersebut.

Di dalam salah satu halaman buku itu, Rothmiller membaca tulisan Marilyn Monroe: ‘Peter bilang bahwa Robert (Bobby Kennedy-red) akan datang besok. Tapi aku tak tahu apakah benar dia akan datang’.

Membaca halaman demi halaman, Rothmiller berkesimpulan bahwa Bobby bukan sekedar teman biasa untuk Monroe. Adik JFK itu sudah beristri dan punya tujuh anak. Pada tahun 1962 dia disebut media massa sebagai Bapak teladan. Namun sebagian isu menyebut Bobby akan menceraikan istrinya, Ethel, dan siap menikahi Monroe.

‘Bobby adalah pria yang lembut,” tulis Monroe, ‘Dia mau mendengarku. Dia lebih baik dibanding kakaknya, John (JFK)….Bobby bilang dia mencintaiku dan ingin menikahiku. Aku jatuh cinta padanya. John tak pernah menghubungiku, tapi Bobby menghubungiku.’

Satu minggu sebelum kematiannya, Monroe menulis kalimat yang tak menyenangkan di buku hariannya: ‘Frank mengundangku ke pondok miliknya. Dia bilang akan menyenangkan. Dia bilang tak mengundang Sam ke tempat peristirahatan itu.’

Frank yang dimaksud adalah penyanyi terkenal Frank Sinatra, sementara Sam adalah Giancana, bos mafia Chicago.

 Diperkosa

Di halaman berikutnya, Rothmiller menemukan tulisan Monroe yang membingungkan: ‘Frank, Peter dan yang lainnya ada di sana. Frank bilang aku tak bisa menjaga rahasia. Dia menyuruhku keluar dari pondokan itu. Aku tak tahu kenapa dia memperlakukan aku seperti itu. Apa yang terjadi padaku? Aku dalam keadaan mabuk. Aku tak ingat. Apakah aku bermain seks pada saat itu?’

Sehari setelah di pondokan itu, bintang Hollywod ini menulis dengan nada marah: ‘Mereka tak menghubungiku. Bob dan John memanfaatkanku. Aku bilang pada Peter bahwa mereka tak peduli padaku. Aku tak tahan lagi diperlakukan seperti itu. Aku akan cerita ke semua orang tentang kita.’

Marilyn Monroe lalu menelepon pacarnya, Jose Bolanos: ‘Aku bilang pada Jose, aku akan cerita pada dunia tentang mereka. Mereka memanfaatkanku. Aku bukan pelacur. Jose memperingatkanku untuk tak melakukannya karena berbahaya.’

Rothmiller juga menandai satu halaman dalam buku harian itu yang berisi rumor tentang aborsi yang dilakukan Marilyn Monroe pada pertengahan Juli 1962. Tindakan menggugurkan janin dalam kandungan itu disuruh oleh Bobby Kennedy. Namun kapan pastinya peristiwa ini terjadi hingga kini masih belum jelas.

Di sisi lain, Polisi LAPD tahu benar bagaimana sifat asli Bobby; seorang pria yang mudah marah, politisi yang hobi membaca, dan ayah ideal seperti yang dikenal dunia selama ini. Namun di antara para wanita penghibur dan pelacur yang sering diundang Peter Lawford, nama Bobby dikenal sebagai “pria dengan tangan yang rajin menjamah”.

Untuk melengkapi temuannya itu, Rothmiller pada 1982 berusaha menghubungi Peter Lawford. Kebetulan pria itu sedang berada di rumah pemilik majalah Playboy, Hugh Hefner. Lawford terlihat mabuk berat. Tapi karena tak ingin kehilangan kesempatan tersebut, Rothmiller menyelipkan kartu namanya di saku kaus Lawford, dengan tulisan di baliknya  “Hubungi saya”.

Digertak

Rothmiller tahu benar bahwa Bobby Kennedy ada di Los Angeles di hari ketika Monroe ditemukan tewas. Namun fakta itu selama bertahun-tahun disangkal oleh Kepolisian LAPD. Rothmiller tahu hal itu sengaja ditutupi. Tapi dia tak tahu untuk apa, dan bagaimana lembaga kepolisian itu melakukannya.

Seminggu kemudian Lawford mengajak bertemu. Dia terlihat ketakutan dan menyangka Rothmiller bagian dari CIA. Mereka bertemu di Taman Sunset Boulevard pada hari Sabtu. Takut direkam, Rothmiller memeriksa tubuh Lawford, siapa tahu ada alat rekam. Namun menurut Rothmiller, Lawford “bersih”.

Kepada Lawford, Rothmiller mengatakan dirinya sedang menyelidiki kematian Marilyn Monroe. Rothmiller tidak membuat catatan, tapi hanya mendengar dan menggunakan memorinya saat Lawford bercerita. Usai pertemuan itu, baru kemudian sang polisi ini mencatat semua yang dia ingat.

Pada awalnya, ipar Kennedy ini hanya mengulang cerita usang seperti 20 tahun lalu, tentang bagaimana Monroe menghubunginya sebelum tewas. Monroe, kata Lawford menitip pesan perpisahan pada Presiden JFK. “Dan dia (Monroe-red)  juga mengucap kata perpisahan padaku.”

Lawford juga mengaku dia segera menghubungi nomor telepon darurat. Namun ketika mereka tiba di rumah Marilyn Monroe di Brentwood, Los Angeles, ternyata Marilyn Monroe sudah meninggal dunia. “Tidak seperti itu kejadiannya,” ucap Rothmiller sambil menggertak Lawford, ketika pria itu tetap bersikeras dengan versi ceritanya. Rothmiller kembali menggertak dengan mengatakan bahwa dia tahu yang sebenarnya karena polisi sudah menyadap rumah Lawford.

Gertakan itu berhasil membuat Lawford bercerita yang sebenarnya. Dia mulai dengan kejadian mengerikan di pondok milik Frank Sinatra.

Di pondokan itu Lawford hadir, lalu datanglah Monroe dengan menggunakan jet pribadi.

Lawford hanya diam saat Sinatra memberi Monroe minuman beralkohol. Wanita itu kemudian mabuk dan Lawford sudah menduga apa yang bakal terjadi.

Monroe dengan kondisi tak sadarkan diri karena mabuk, dibawa masuk ke kamar belakang. Dia diperkosa oleh Giancana. Dia juga dikerubungi sejumlah pria dan wanita, dilecehkan dan difoto, yang nantinya akan digunakan untuk memeras dirinya. Sebagian foto juga menunjukan Monroe bersama pelacur.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here