Mendadak Ambyar Gegara Risma

0
2270
Risma blusukan di Jakarta

“A good leader can give you a purpose and inspire you to achieve it. He leads you to success by bringing out the best in you.”
― Ravi Ranjan Goswami

Jakarta, BarisanBerita.com,- “Testing the Water” atas blusukan Risma di Jakarta, ternyata berhasil. Simpati dan benci muncul atas aksi wanita yang berhasil menata Surabaya itu.

“Ketakutan” pada gaya Risma mengingatkan orang Jakarta pada sosok Jokowi, yang membuat banyak perubahan, khususnya pada transparansi anggaran. Dan rezim lama saat itu pun sangat terganggu atas kehadiran mantan Wali Kota Solo tersebut.

Gaya blusukan Jokowi saat menjadi Gubernur DKI

Bukan sekedar bluffing, transparansi soal anggaran DKI di bawah Gubernur Anies, mulai dipertanyakan, khususnya oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) karena hingga kini rincian APBD DKI Tahun 2021 belum juga bisa diakses hingga kini.

Di tengah ‘hujan’ sindiran gaya blusukan Risma, beredar pula foto Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini for DKI 1 di media sosial (medsos). Foto itu disebar simpatisan Jokowi, Yusuf Dumdum.

Dalam Twitter, Yusuf Dumdum melakukan jajak pendapat kecil-kecilan. Dia menanyakan bagaimana jika Tri Rismaharini menjadi calon Gubernur DKI Jakarta menggantikan Anies Baswedan.

“Cocok jadi calon pengganti @aniesbaswedan di DKI. Yang setuju retweet. Siap-siap ada yang kejang-kejang,” kata Yusuf Dumdum.

Berbagai komentar netizen pun muncul. Kebanyakan justru mengeluarkan komentar nyinyir.”Banyak drama ibu ini mah,” kata @ardaCampina.Tapi ada juga yang mendukung.

Tapi ada juga yang mendukung.

“Jakarta yang keras cocoknya memang dipimpin model pak Ahok dan bu Risma… Dengan tidak mengurangi rasa hormat @aniesbaswedan akan lebih baik kalo kembali ke kampus,” kata @nyonkwongbumen.

Begitupun yang dilakukan Ketua DPP PSI Tsamara Amany. Lewat akun Twitternya, @TsamaraDKI, mengomentar polemik blusukan yang dilakukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharin i, Jumat (8/1/2020), seperti yang diuanggah Sindonews.

“Heran. Orang blusukan kok dibuat ruwet. Setiap pejabat publik punya caranya masing-masing dalam memimpin. Kalau cara bu Risma adalah blusukan, ya itu bagus & layak didukung. Berinteraksi langsung dengan warga tak kalah penting,” cuitnya.

Kontan, bukan mendapatkan simpatik cuitan Tsamara malah mendapat serangan. Sebagian nitizen mengakui tidak mempedulikan soal blusukan Risma. Selain dinilai peduli, blusukan Risma juga dianggap mampu menjadi sarana komunikatif antara masyarakat dan pemerintah.

Namun, netizen menyayangkan aksi blusukan ini ternoda setelah dua pengemis yang ada di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, disebut peran pengganti. Blusukan Risma dinilai hanya sandiwara mencari empati masyarakat.

“Jangan pura2 pintar neng, jgan sok2an cerdas dgn mengaburkan subtansi, yang diributkan itu Krn seperti di gambar,” balas pemilik akun @faroq_abusiri sembari memposting poto sandiwara blusukan Risma.

“Kalau murni blusukan bagus, kl ini pakai ada aktor pembantu teus ketauan bukan gelandangan yg sebenarnya dan itu kader pdip trus itu namanya apa? Kl bukan pencitraan yg ketahuan,” komentar @akbar_zaiful.

Meski demikian, tak semua menyerang Tsamara, beberapa nitizen lainnya juga membela cuitan Tsamara. Kebanyakan mereka mengomentari kinerja Risma saat menjadi Wali Kota Surabaya.

“Warga Surabaya bangga dengan bu Risma. Sby skrg maju berkat kepemimpinan bu Risma yg mmg suka blusukan. Entah dg warga Jakarta,” komentar @evanoormala.

“Kl ada mentri lewat di jalan trus nemu orang yg kudu ditolong dan dia bisa nolong itu namanya normal… Kenapa kemanusiaan kita jadi tumpul ya?jadi bu mentri kudu pura2 gak liat gitu?,” komentar @StefanusCun.

Gaya kepemimpinan Risma bukan kali ini disambut sinis sejumlah pihak. Saat dia menjabat Wali Kota Surabaya, sosok Risma pun kerap menuai pro-kontra, seperti terjadi beberapa waktu lalu, simak:

Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono menyebut bila gaya kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini menjadi inspirasi pejabat di lingkungan pemerintah kota. Salah satu gaya Wali Kota Risma yaitu sering blusukan atau turun ke lapangan.

“Wali kota Risma siapa pun tahu, sangat dicintai rakyat Surabaya. Itu karena Bu Risma sering turun ke lapangan untuk bertemu rakyat. Ia tahu keadaan di masyarakat, dengan mata kepala sendiri. Dari sana, lahirlah kebijakan-kebijakan pro-rakyat,” kata Adi, Jumat (1/11/2019).

Apa yang disampaikan Adi itu sebagai tanggapan atas komentar politikus NasDem yang juga Sekretaris Fraksi Demokrat-Nasdem DPRD Surabaya, Imam Syafii yang menuding pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan pencitraan karena sering turun ke rakyat. Hal itu disampaikan Imam saat menanggapi jawaban wali kota atas pandangan fraksi-fraksi terkait RAPBD Surabaya 2020.

Menurut Adi, gaya Risma tersebut justru menginspirasi pejabat-pejabat di Pemkot Surabaya untuk semakin rajin turun ke lapangan. Bahkan, pejabat di level kelurahan dan kecamatan juga rajin turun ke warga.

“Saya rasa, di Kota Surabaya, sekarang tidak zamannya pejabat duduk di balik meja. Apalagi sekadar menerima laporan ABS (asal babak senang) dari bawahan. Kebetulan saat ini menjelang Pilkada Surabaya 2020. Sehingga gaya itu seperti membuat gerah beberapa politisi lantas dikaitkan dengan pencitraan Pilkada. Memanfaatkan APBD dan macam-macam,” papar Adi yang juga Ketua PDC PDI Perjuangan Kota Surabaya ini.

Adi menambahkan, pada tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada suara sumbang yang menyerang Wali Kota Risma dan pejabat Pemkot Surabaya terkait gaya atau metode melayani rakyat.

Bahkan, lanjutnya, rakyat menyambut senang pejabat yang sering turun ke lapangan dan bertemu mereka. Saat ini, pejabat-pejabat di Pemkot Surabaya relatif mudah diakses rakyat. Aspirasi dan kepentingan dari bawah pun, cepat ditanggapi.

 (BBS, wo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here