Ini Alasan China Tak Bakal Menang Lawan Amerika

0
283

BarisanBerita.com,- Para pemimpin China paham bahwa bersaing dengan Amerika dalam bidang militer, akan membuat mereka kalah dan bangkrut. Dan China tahu, mereka harus rendah hati dan tersenyum untuk 40 atau 50 tahun ke depan, guna mencoba menjadi nomor satu.

Pendiri Negara Singapura dan mantan Perdana Menteri, Lee Kuan Yew (LKY) punya pandangan terhadap persaingan dua negara besar tersebut.

Dalam buku, Lee Kuan Yew — The Grand Master’s Insights on China, the United States, and the World, orang hebat Asia ini menyebut, sejumlah penyebab yang membuat Xi Jinping Presiden China harus berpikir ulang untuk membawa negaranya melampaui dominasi Paman Sam.

Lee menyebut sejumlah keunggulan Amerika, yang membuat negara itu tetap mendominasi Dunia.

Bahasa

Meski dirinya keturunan China, tapi menurut Lee, Bahasa China adalah Bahasa yang sulit dipelajari, apalagi untuk orang asing. “Tiga tahun anda mempelajari bahasa China, itu belum tentu membuat anda bisa membaca bahasa tersebut,” katanya.
Persoalan bahasa menjadi salah satu hambatan China untuk menggungguli Amerika. Negara Adidaya itu, dengan Bahasa Inggrisnya yang mudah dipelajari, membuat orang-orang berbakat dan cerdas dari segala penjuru dunia dengan sukarela datang dan bekerja di sana.

Filosofi Amerika: Selalu bisa

Lee melanjutkan, bahwa budaya dan kemampuan Amerika beradaptasi dengan segala situasi juga menjadi keunggulan negara ini.

Menurut Lee, orang Amerika punya cara menghadapi kesulitan dengan filosofi “Semua bisa dilakukan”: Segalanya bisa dicari solusinya, dianalisa, dan diperbarui, dan orang Amerika memegang teguh hal tersebut dengan kemampuan modal, riset, dan usaha.
“Bertahun-tahun saya melihat bagaimana Amerika mampu bangkit dari krisis ekonomi tahun 1980-an. Di saat itu orang memprediksi Jepang dan Jerman bakal mengalahkan Amerika. Namun semua anggapan itu salah. Amerika berhasil bangkit lagi. Negara Adidaya itu punya sistem yang hebat dan mampu bersaing,” ujar Lee.

Lee menambahkan, kemampuan ekonomi Amerika untuk bisa bertahan adalah karena para pengusaha di sana memiliki pemahaman bahwa risiko dan kegagalan merupakan bagian jalan menuju sukses.

Negara seperti Jerman, Perancis dan Jepang, ujar Lee, mencoba mengadaptasi hal tersebut, tapi gagal karena budaya kerja yang berbeda. “Jepang dengan budaya kerja seumur hidup membuat mereka tak efesien. Jerman terus menerus berkubang dengan organisasi buruh, dan Perancis yang pemerintahannya lebih banyak membela buruh dengan terus menekan pengusaha,” ucapnya.

Orang Amerika sukses mengalahkan Eropa dan Jepang karena mereka tidak seragam dalam berpikir dan bersikap menghadapi krisis. Kreativitas mereka muncul ketika tekanan semakin meninggi.

Satu hal, kata Lee, yang membedakan budaya Amerika dan Asia adalah posisi individu di dalam masyarakat. Pada budaya Amerika, kepentingan individu ada di posisi teratas sehingga masyarakatnya kemudian menjadi agresif dalam bersaing dengan memberikan yang terbaik.

Kelemahan China

Ditanya tentang kemampuan China mengalahkan Amerika, Lee punya pendapat setengah optimis.

Budaya, bahasa dan ketidakmampuan China dalam menarik orang-orang berbakat untuk datang ke negeri itu, menjadi kendala menuju nomor satu.

China juga, ujar Lee, tidak bisa melampaui Amerika dari sisi kreativitas karena China tak mengijinkan perbedaan dan kompetisi ide-ide.

Apakah China mampu mengubah budayanya yang sudah berusia 5.000 tahun? Negeri Tirai Bambu yang tergantung pada pemerintah pusat itu akan kesulitan melakukan perubahan tersebut.

Lee menambahkan, ketakutan utama Pemimpin China adalah efek merusak dari praktik suap dan perubahan mendadak yang memprovokasi masyarakat. Mereka (para pejabat) belum siap jika itu menjadi pemicu gejolak di tengah masyarakat.

China juga berhadapan dengan luasnya wilayah, dan sistem pemerintahan yang begitu lama mengadopsi gaya Uni Soviet—kuno dan terbukti kalah.

(Bobby, Bowo/HA)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here