Tinju Besi Rusia Membunuh Oposisi

0
160
Presiden Rusia Vladimir Putin

Some people die at 25 and aren’t buried until 75—Benjamin Franklin

BarisanBerita.com,- Alexei Navalny mungkin sudah menghitung risiko yang bakal diterimanya saat melawan Putin—kematian. Dan itu akhirnya terjadi di Siberia, sebuah tempat di mana nyawa mudah dilayangkan.

Alexei Navalny berani melawan Putin

Putin langsung menjadi tersangka atas kematian tokoh oposisi populer Alexei Navalny. Pihak Barat langsung menuduh Pimpinan Rusia Vladimir Putin ada di belakang kematian musuhnya itu. Namun, tak ada bukti atas keterlibatan orang nomor satu yang dikenal dengan julukan “Iron Fist”.

Kematian Navalny makin memperkuat alasan tak ada oposisi di Rusia, dan itu juga makin menakutkan melihat cara Putin memimpin negaranya, seperti dirilis France 24.

Bermula dari keberanian Alexei Navalny menantang Putin pada Pilpres di tahun 2018. Sebuah aksi yang mengundang risiko sangat tinggi. Dan benar, pada tahun 2020, Navalny tersungkur akibat racun memasuki tubuhnya. Nyawanya selamat setelah dia dibawa ke Jerman dan mendapat obat penawar.

Namun, mantan pengacara ini tak kapok. Dia kembali ke Rusia dan melakukan perlawanan. Putin tak tinggal diam. Aparatur digerakan untuk membungkam si oposisi ini.

Navalny dipenjara di Serbia, dan kematiannya diumumkan beberapa hari sebelum pemerintah Rusia mengumumkan Pilpres bakal digelar pada 15-17 Maret 2024.

Di Pilpres 2024 ini, Putin kembali mengajukan diri sebagai Capres, sekaligus jika menang menandai untuk kedua kalinya dia memimpin negeri Beruang Merah hingga 2036. Jika terpilih, Putin akan sama lamanya dengan diktator Josef Stalin ketika memimpin Rusia.

Dibikin gagal

Sejumlah tokoh berusaha menantang Putin pada Pilpres 2024, namun mereka dibikin gagal agar tak bisa mengikuti kontes tersebut.

Mantan anggota legislatif Yaketerina Duntsova mencoba bersaing dengan Putin. Namun, ditolak oleh panitia  pemilihan umum (KPU) dengan sejumlah alasan, termasuk salah tulis nama. Duntsova kini berusaha melawan rekayasa itu ke Mahkamah Agung. “Padahal saya hanya ingin melihat Rusia yang lebih manusiawi: damai, bersahabat dan mau bekerjasama dengan siapapun berdasarkan prinsip saling menghargai.”

Lawan putin lainnya, Boris Nadezhdin juga digagalkan dari pencalonan oleh Mahkamah Agung. Namun dia melawan putusan itu. “Saya tidak menyerah dan tak akan menyerah”, katanya.

Racun Kutub Utara

Navalny menjadi salah satu musuh Putin paling vokal. Pemerintah Rusia berusaha membungkamnya dengan memenjarakan pria ini selama 19 tahun dengan tuduhan aksi ekstrimis.

Navalny kemudian secara misterius menghilang dari penjara IK-6, lokasi tempat penahanannya.

Pihak Barat langsung bereaksi keras atas penghilangan Navalny. Bahkan Menteri Luar Negeri Amerika mengatakan, sangat prihatin atas menghilangnya Navalny.

Setelah banyak desakan, posisi Navalny akhirnya diberitahu pihak Rusia. Saat muncul dalam satu acara tv milik BBC, Navalny terlihat baik-baik saja—lalu  dia dibawa ke penjara Siberi dan kemudian dinyatakan tewas.

(BBS/Diazz, Bobby)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here