Kisah Pembantai Anjing, “Jika Aku Tak Membunuhmu, Aku Tak Bisa Memberi Makan Keluargaku”

0
1908
Seekor anjing dimasukan ke dalam air mendidih.
  • Kisah menyedihkan ini terjadi di Kamboja. Ratusan ekor anjing menunggu giliran dibantai demi memenuhi rasa lapar manusia.
  • Seorang pedagang anjing sampai menangis setiap kali dirinya membunuh hewan pintar itu, dan berdoa agar dirinya nanti dimaafkan.

Para pedagang daging anjing di Kamboja ini, yang setiap harinya mencekik, menusuk hingga menceburkan ratusan ekor anjing setiap harinya di rumah jagal, menderita trauma berkepanjangan atas pekerjaannya tersebut.

Anjing yang dibersihkan dari bulunya.

Salah satu petugas jagal anjing bernama Khieu Chan, 41 tahun, yang tugasnya mengoyak tenggorokan hewan cerdas ini, sering menangis saat melihat barisan anjing menunggu untuk dibunuh. “Maafkan aku. Jika aku tak membunuhmu, aku tak bisa memberi makan keluargaku,” katanya.

Anjing yang malang ini menunggu untuk dibunuh.

Pekerja lainnya yang bernama Hun Hoy, merasa sangat kasihan pada hewan-hewan tersebut. Dirinya membunuh sebanyak 12 ekor anjing setiap hari. Semua demi menghidupi keluarganya.

Hasil riset LSM Four Paws, yang menelusuri perdagangan daging anjing, menyimpulkan puluhan kilo daging anjing tersebut diperjualbelikan secara illegal di banyak restoran di Kamboja dengan sebutan “hidangan daging istimewa”.

Namun, bisnis daging anjing ini mengalami ‘mimpi buruk’, karena mulai banyaknya orang memperlakukan hewan ini sebagai piaraan, dan juga kekhawatiran pada merebaknya penyakit rabies yang dibawa hewan tersebut.

Proses pembantaian dimulai dengan mengumpulkan hewan ini ke dalam rumah pembantaian ilegal. Sejumlah pria tanpa baju mendorong anjing-anjing itu ke dalam kandang.

Anjing-anjing yang berhasil diselamatkan.

Hewan malang itu kemudian digantung dengan tali, lalu setelah mati, dimasukan ke dalam air mendidih, yang fungsinya untuk melepaskan bulu-bulu pada daging.

Selain menggantung, cara lainnya adalah dengan menenggelamkan anjing hidup-hidup ke dalam air. “Dengan cara seperti itu, kami tak mendengar jeritan anjing-anjing malang tersebut,” kata salah satu pekerja.

“Cara itu lebih cepat daripada memukul mereka,” kata Dara, 30 tahun, pedagang daging anjing. “Saya tahu ini dosa,” tambahnya.

Seorang jagal anjing menangis saat akan menenggelamkan anjing-anjing malang tersebut.

Di Kamboja, daging anjing populer disajikan sebagai daging panggang atau sup, dengan harga sekitar Rp 17.000.00.

“Ini menjadi perdagangan yang sangat besar,” kata Katherine Polak, yang bekerja untul LSM Four Paws, dan dia mengatakan temuannya itu sudah dilaporkan ke pemerintah Kamboja.

“Proses perdagangan daging anjing di Kamboja sangat brutal dibanding di negara Asia lainnya,” kata Polak. “Anjing malang tersebut berasal dari curian, atau diambil dari jalanan, seperti umumnya terjadi di Indonesia dan China. Cara seperti ini menjadi salah satu penyebab menyebarnya penyakit, termasuk rabies.”

Kamboja menjadi salah satu negara dengan penyebaran rabies tertinggi, yang mayoritas penyebabnya berasal dari gigitan anjing. Upaya imunisasi terhadap rabies memang terus dilakukan, namun sering kali gagal karena berbagai sebab.

(Daily)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here