Woman, Murders and The Poison

0
763
Woman

BarisanBerita.com,- Tak berbau, tak berwarna dan tak memiliki rasa, racun Arsenik disukai para penjahat, mulai dari kriminal kelas jalanan hingga lembaga intelijen negara.

Dijuluki sebagai “rajanya racun”, arsenik menjadi pilihan favorit untuk menghilangkan nyawa orang karena sulit tercium jejaknya. Tengok kasus Munir, tokoh HAM Indonesia yang tewas setelah racun arsenik masuk ke dalam minuman yang disajikan pembunuhnya.

Arsenik “Raja Racun”

Meski pelaku pembunuh Munir berhasil ditangkap, namun sampai sekarang tak ada bukti bagaimana racun itu bisa masuk ke gelas berisi cairan yang diminum Munir.

Si cantik Madeline

Di abad 19, racun ini juga menjadi kesukaan kaum perempuan yang ingin menguasai harta pacar atau suaminya. Seperti dilakukan Madeline Smith (22), di tahun 1857. Wanita yang dianggap cantik ini dituduh melakukan pembunuhan atas kekasihnya, Pierre Emile L’Angelier.

Kekasih Madeline yang bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan di Glasgow, Inggris, ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan.

Dia sempat mengeluh sakit perut hebat, berkeringat, kejang-kejang dan kesakitan (sebagian tanda-tanda keracunan arsenik), gejala tersebut kadang mirip terkena kolera.

Usai diotopsi ditemukan kandungan arsenik pada tubuh L’Angelier, dan seluruh tuduhan diarahkan ke perempuan tersebut.

Awalnya hubungan asmara keduanya baik-baik saja, hingga ada pria lain di sisi Madeline. Pria ini lebih kaya.

L’Angelier, pemuda dengan penghasilan kecil ini kesal dan berniat membuat perhitungan pada Madeline. Dia mengancam akan mengirim surat untuk kekasih baru Madeline tentang hubungan mereka.

Besok harinya L’Angelier ditemukan tewas.

Beruntung  bagi Madeline, selain berwajah cantik, dia pun berasal dari keluarga kaya. Saat dibawa ke pengadilan, dia menyewa pengacara cerdas dan mahal, John Inglis.

Tanpa perlawanan berarti, pembelaan John Inglis berhasil mematahkan tuduhan atas kliennya. Pengacara itu mengatakan tak ada bukti Madeline meracuni L’Angelier (ditambah lagi bahwa publik saat itu lebih terpesona pada kecantikan Madeline). Pengadilan kemudian memutuskan wanita ini tak bersalah.

Empat tahun setelah bebas dari tuduhan peracunan, Medeline menikah dengan George Wardle.

Jika saja ditemukan alat yang dapat mendetteksi racun di tubuh L’Angelier, sangat pasti Madeline tak akan pernah.

Asuransi

Karena sifatnya yang mematikan namun tak kelihatan, maka racun arsenik acap kali lekat dengan kejahatan yang dilakukan perempuan. Padahal, faktanya kaum pria pun sering memakai racun untuk aksi kriminal.

Di era Victoria di Eropa dulu, Arsenik yang sejak zaman Romawi dikenal sebagai Rajanya Racun, dipakai oleh pria dan wanita untuk aksi kejahatan. Mereka umumnya membeli racun yang sangat mematikan itu dengan berpura-pura dipakai untuk membunuh hama tikus.

Abad ke-19 di Eropa, racun dijadikan senjata utama untuk membunuh orang guna diambil polis asuransinya. Tingkat pembunuhan kala itu meningkat seiring banyaknya orang yang ikut asuransi. Harga “kepala” seseorang menjadi mahal karena memiliki asuransi, dan sangat diincar para penjahat. Di Perancis, bubuk racun seperti arsenik pun dijuluki poudre de succession – “inheritance powder” atau bubuk pemberi warisan.

Racun saat itu begitu mudah diperoleh dan dicatat, tapi sangat sulit dibuktikan. Dan saat itu kemajuan ilmu pengetahuan tentang racun juga meningkat, terlebih pihak perusahaan asuransi pun sangat membutuhkannya. Meski di abad ke-18 ilmu pengetahuan tentang racun belum bisa diandalkan hingga tahun 1836.

Peristiwa kriminal yang menggemparkan juga terjadi di Londin, ketika John Bodle dituduh membunuh kakeknya dengan racun, yang dimasukan ke dalam kopi.

Beruntung saat itu sudah ada ilmuwan James Marsh, yang mencoba menemukan racun dalam tubuh. Dan di tubuh kakek malang itu memang ditemukan sejumlah racun.

Namun karena sifat racun dan endapan dalam lambung yag mudah pudar, maka ketika bukti dibawa ke muka pengadilan, para hakim tidak yakin bahwa Bolde melakukan kejahatan tersebut.

Walau begitu, Bodle akhirnya mengaku telah membunuh kakeknya, seperti yang diyakini James Marsh.

Ilmuwan asal Skotlandia tersebut lalu mengembangkan ilmunya dengan menemukan gelas ukuran, yang tak hanya dapat menjejak arsenik, tapi juga mengukur jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh.

Dengan ditemukannya alat yang dapat mendeteksi racun dalam tubuh, maka kasus-kasus kejahatan yang menggunakan racun pun berkurang.

Sejak saat itu, berakhirlah kejayaan Arsenik si “Raja Racun” di dunia kejahatan.

(BBS/Boby)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here