Antisipasi Jokowi Hadapi Resesi Ekonomi Dunia

0
989
Resesi dunia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Produsen Serat Sintesis dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI). Dalam kesempatan tersebut, Jokowi meminta masukan dan saran dari API dan APSyFI mengenai harapan pelaku usaha untuk menjadi rumusan kebijakan perekonomian mendatang.

“Saya ingin tahu betul apa yang diinginkan oleh pelaku usaha, tapi jangan banyak-banyak, paling hanya tiga pokok saja, tapi kita rumuskan, kita putuskan, kemudian pemerintah akan lakukan kebijakannya, sehingga betul-betul bermanfaat bagi Bapak, Ibu, semuanya,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (16/9/2019).

Dikemukakan Jokowi, masukan tersebut akan membantu pemerintah di tengah gejolak ekonomi dunia, yakni perang dagang antara China dan Amerika Serikat, karena bisa menjadi tantangan ataupun peluang untuk meningkatkan ekspor.

“Kita tahu gejolak ekonomi dunia seperti perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat bisa menjadi tantangan, tapi sekaligus bisa menjadi peluang kita untuk meningkatkan ekspor, termasuk produk tekstil dan serat sintesis dan benang filamen,” tutur Jokowi.

Jokowi mengemukakan produk tekstil dan industri tekstil pakaian mengalami pertumbuhan tertinggi di triwulan II 2019, sebesar 20,71 persen.

“Apalagi produk tekstil dan industri tekstil pakaian jadi menjadi industri dengan pertumbuhan tertinggi di triwulan II 2019, tahun ini, yaitu sebesar 20,71 persen, pertumbuhan yang sangat tinggi dan masuk lima besar sebagai industri dengan kontribusi tertinggi terhadap PDB di triwulan II 2019, yaitu 1,30 persen,” kata Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi mengatakan pertumbuhan pangsa pasar tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar global cenderung stagnan yaitu di angka 1,6 persen.

Angka tersebut tertinggi jauh bila dibandingkan dengan China 31,8 persen, dan dua pesaing Indonesia, Vietnam 4,59 persen dan Bangladesh 4,72 persen di tahun 2018.

“Selain itu, ekspor tekstil dan produk tekstil pada triwulan II 2019 juga turun 0,6 persen dari periode yang sama di 2018,” ujarnya.

Menurut dia, hal itu disebabkan tingginya biaya produksi lokal, fasilitas dan kebijakan dagang berpihak pada impor dan kurangnya perencanaan jangka panjang yang berdampak pada minimnya investasi. Selain itu, Jokowi juga meminta pihak terkait untuk berhati-hati, sebab dalam 1,5 tahun ke depan, ekonomi global akan mengalami resesi.

“Kita harapkan ini bisa menjadi peluang untuk membenahi hal yang perlu kita perbaiki dan kita juga tahu bahwa beberapa negara saat ini sudah pada betul-betul dalam kondisi resesi karena pertumbuhannya minus, sehingga kesempatan ini harus kita gunakan supaya ada titik balik bagi industrialisasi di negara kita,” katanya.

(Sumber: Suara.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here