Tragedi Serangan 9/11: Lolos Dari Maut Karena Insting Sang Ibu

0
854
Serangan teroris pada 11 September 2001

BarisanBerita.com,- Serangan teroris pada 11 September 2001 lalu di Gedung Menara Kembar di New York Amerika, menewaskan lebih dari 3,000 orang. Namun ada 3 orang yang mungkin juga jadi korban tewas, jika saja mereka berada di dalam gedung tersebut. Mereka selamat karena kejadian tak sengaja yang menghindarkan mereka dari sakharatul maut. Simak kisahnya:

Kekerasan hati sang Ibu menyelamatkan nyawanya

Bagi Holly Winter, 11 September 2001, akan menjadi hari yang begitu menyenangkan karena dia berencana reuni bersama dua teman kuliahnya — namun insting ibunya menyelamatkan hidup Holly.

Holly, saat itu tinggal di Denver, katanya pada Reader’s Digest. “Hari itu (11 September) harusnya saya berada di Gedung Menara Kembar bersama dua teman. Mereka tinggal di Chicago dan New York,” katanya.

Holly Winter

Karena salah satu teman pria Holly bekerja non stop di Menara Kembar, maka Holly mengatur tanggal pertemuan, dan merencanakan kejutan untuk temannya yang bekerja di gedung tersebut. “Tanggal pertemuan yang bisa kami lakukan cuma bisa di tanggal 11 September itu. Rencananya saya dan teman terbang ke sana pada malam hari, lalu memberi kejutan berupa sarapan dengan sampanye dan caviar, makanan kesukaannya,” ujar Holly.

Holly melanjutkan, “Saya lalu menelepon ibu saya yang tinggal di New York, bahwa saya akan datang ke tempatnya. Namun beliau mengatakan agar saya di rumah saja dan biar Dia saja yang datang mengunjungi saya. Saya minta ibu untuk mengubah jadwalnya karena usianya yang sudah tua. Anehnya, ibu menolak dan mengatakan Dia merasa saat ini waktu yang tepat mengunjungi saya,” ungkap Holly.

Holly kemudian membatalkan perjalan bersama teman-temannya. “Teman saya yang di Chicago pergi tanpa saya. Kejutan yang direncanakan berjalan sukses. Lalu mereka menelepon saya pada pukul 08.00. Saat itu kami sempat saling tertawa dan bicara beberapa menit. Saya lalu menutup telepon agar mereka bisa puas menikmati pertemuan. Dan di saat itulah saya kehilangan mereka berdua,” isak Holly.

Patah hati yang hindarkan dirinya dari maut

Crystal Brown Tatum

Wanita cerdas ini bernama Crystal Brown Tatum, CEO dan Presiden Komunikasi Crystal Clear, yang menyebut keputusannya mengakhiri pertunangan dengan sang kekasih, telah menyelamatkan hidupnya. “Tahun 2001 saya bertunangan dan akan segera melakukan pernikahan. Saya juga berencana pindah ke New York pada bulan Juni. Kebetulan saya mendapat tawaran kerja di perusahaan Morgan Stanley, yang berkantor di Gedung 2 Menara Kembar,” ujarnya.

“Sayangnya, ada hal yang membuat saya membatalkan hari indah itu, dan menunda pergi ke gedung tersebut. Ketika tragedi serangan 11 September terjadi, hati saya sedang hancur akibat batalnya pertunangan, tapi juga merasa beruntung karena tak jadi pergi ke Menara Kembar.” Itu seperti perputaran nasib yang menyelamatkan nyawa saya,” kata Crystal Brown Tatum.

Tak biasanya terlambat 20 menit

Kebiasaan rutin James Stefurak, seorang pialang saham, pergi ke kantornya di Gedung Kembar pada pagi hari, adalah naik kereta dari rumah ke kantornya. Naik elevator menuju lantai dasar, beli segelas kopi dan surat kabar, lalu menuju pintu atas, yang selalu dibukakan oleh seorang tuna wisma dengan harapan dirinya memberi uang receh untuk orang tersebut. “Saya kemudian berjalan beberapa meter menuju kantor saya,” kata James Stefurak.

James melanjutkan,”Waktu itu, saya sedang dalam proses transaksi saham, yang biasanya membuat saya harus tiba di kantor pukul 09.00. dan biasanya saya selalu tepat tiba pukul 9 pagi. Namun pada pagi 11 September itu, saya merasa ada yang aneh. Kebiasaan saya yang tepat waktu tiba di kantor, berubah tanpa alasan yang jelas. Saya malas berangkat meski sudah ketingga;an 20 menit untuk pertemuan itu,” ujar James.

James Stefurak

“Dan saat itu saya melihat layar tv yang menyiarkan berita tentang serangan ke Menara Kembar,” imbuh James.

“Apartemen yang saya tempati punya atap yang bisa melihat lokasi Menara Kembar. Saya menuju ke atas untuk menyaksikan tragedi yang sedang menimpa gedung itu. Pandangan saya nanar menatap runtuhnya dua gedung tersebut. Saya tak bisa lupa peristiwa mengerikan itu,” kenang James dengan pedih.

James mengatakan dirinya beruntung karena terlambat pergi ke kantor pada hari itu. “Saya sangat beruntung. Seandainya hari itu saya pergi seperti biasa, saya tak akan ada pada hari ini,” tambah James yang kini memiliki empat orang anak.

(RD.com/wo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here