Melihat Warisan Jenius Islam di Spanyol

0
1112
Sistem irigasi Valencia diciptakan bangsa Moor yang beragama Islam dan menguasai kawasan ini 1.200 tahun lalu

BarisanBerita.com,- Kaum Islam patut berbangga dengan kejeniusan leluhur mereka dalam banyak bidang. Bukti tentang kehebatan Islam terpampang hingga kini di Spanyol.

Lapak buah dan sayur menjad pusat perhatian para pembeli di tengah Mercado Central

Diciptakan oleh kaum Muslim 1.200 tahun lalu, sistem irigasi Valencia kini menjadi panutan bagi pertanian berkesinambungan.

Matahari masih malu-malu mengintip di ufuk timur dan kehangatan sinarnya belum terasa benar di kawasan Kota Tua di Valencia, namun pasar induk Mercado Central sudah ramai pembeli.

Sejumlah orang tampak mengantre di lapak daging dan pria di balik meja etalase sibuk mengiris daging ham tipis-tipis. Dengan cekatan dia melayani beragam permintaan para pembeli sembari sesekali menunduk guna menghindari kaki-kaki hewan yang tergantung di atas etalase.

Di lapak boga bahari, keranjang-keranjang es tertata rapi. Beragam ikan, teri, hingga lobster berada di dalamnya, memikat pengunjung yang lewat. Ada pula lapak yang khusus menjual bekicot, sedangkan lapak lainnya menjual saffron.

Dari semua lapak tersebut, lapak buah dan sayur menjadi pusat perhatian para pembeli. Selain karena berada di tengah Mercado Central, lapak ini menjual hasil tani yang memikat—gemuk-gemuk dan berwarna cerah.

Semua sayur dan buah tersebut berasal dari La Huerta, sebuah kawasan ladang seluas 28 kilometer persegi di sekeliling Kota Valencia.

Encarna Folgado, pemilik lapak Frutas y Verduras Folgado, telah berdagang selama lebih dari 45 tahun. Dia membeli semua sayur musiman langsung dari para petani di kawasan La Huerta. Jika Anda ingin membeli kacang-kacangan untuk membuat masakan tradisional paella Valenciana, Anda perlu mengunjungi lapak Folgado.

“Ferrraúra yang dipakai [untuk memasak] hars berwarna hijau cerah, tapi jangan juga terlalu cerah,” kata Folgado, merujuk kacang berbentuk ladam yang memenuhi keranjang.

Kacang rochet yang berwarna merah dan hijau “harus selebar beberapa sentimeter dan lebih tebal sedikit”. Adapun kacang butterbeans “paling bagus dimakan saat mulai beralih dari kuning ke hijau.”

Di samping kacang-kacangan, lapak Folgada menjual brokoli, paprika merah, bawang putih, dan daun bawang.

Semuanya adalah hasil panen La Huerta setiap tahun, meskipun kawasan itu begitu dekat dengan kota terbesar ketiga Spanyol. Rahasianya terletak pada jaluran irigasi, selokan, dan pintu air yang diciptakan bangsa Moor yang beragama Islam dan menguasai kawasan ini 1.200 tahun lalu.

Setiap delapan kanal irigasi, atau disebut acequías, menyalurkan air dari Sungai Turia ke berbagai saluran cabang menggunakan gravitasi. Cabang-cabang itu kemudian mendistribusikan air ke ribuan bidang lahan di seluruh ladang.

Jumlah air yang diterima setiap bidang lahan bukan diukur menggunakan skala volume, tapi dengan seberapa baik aliran sungai. Satuan ukurnya disebut fila (yang berarti ‘baris’).

Ukuran ini mewakili hak seseorang terhadap porsi air dalam waktu tertentu; siklus irigasi biasanya berlangsung satu pekan, tapi jika aliran sungai rendah maka siklusnya diperpanjang.

Sistem ini jenius dan luar biasa efisien. Setiap bidang lahan menerima akses air yang sama selama periode waktu yang sama—di manapun lahan itu berada. Tiada kekurangan air pada sistem irigasi ini, pada musim kering sekalipun.

Hasilnya, panen yang sukses dan jenis tanamannya pun sangat beragam. Sebagai contoh, ada varietas beras berusia sekian abad yang masih ditanam di sekitar Danau Albufera, sebelah selatan kota; kemudian tanaman unik seperti kacang chufa (yang digunakan untuk membuat minuman lokal horchata) ditanam di bagian utara.

“Sistem pengelolaan air yang diterapkan di sini [membuat] tanaman terong, jeruk, articok, hingga zaitun bisa hidup berdampingan,” jelas Clelia Maria Puzzo dari Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) yang memasukkan La Huerta pada daftar warisan pertanian yang penting bagi dunia (GIAHS), November 2019 lalu.

“Beragam hasil tani diimpor dari Asia dan Amerika beberapa ratus tahun lalu, namun mereka beradaptasi dengan sempurna berkat sistem irigasi ini,” tambahnya.

Sistem irigasi ini dikelola oleh organisasi sosial yang mengatur La Huerta selama lebih dari 1.000 tahun. Tribunal de las Aguas de la Vega de la València, atau Pengadilan Air di Dataran Valencia, dibentuk pada tahun 960 sehingga resmi disebut sebagai dewan yudisial tertua di dunia.

Pengadilan ini terdiri dari delapan petani yang menjadi perwakilan terpilih dari masing-masing komunitas yang mengelola setiap saluran irigasi utama. Mereka bertemu untuk menyelesaikan sengketa di luar Katedral Valencia setiap Kamis tengah hari.

Cara mereka bersidang pun cukup unik. Kedelapan pria itu memakai jubah hitam dan duduk di bangku kayu beralaskan kulit dengan membentuk formasi setengah lingkaran.

Air adalah satu-satunya topik yang disidangkan. Adapun pihak tergugat, menurut María José Olmos Rodrigo selaku sekretaris pengadilan, biasanya diadili karena “membanjiri lahan tetangga, mengambil air yang bukan jatahnya, atau tidak merawat saluran irigasi dengan baik”.

Semua proses persidangan berlangsung dengan bahasa Valencia, ringkas, dan putusannya final.

Pengadilan memang telah menjadi aspek yang menyatu dengan sistem irigasi, namun penggunaan lahan telah berkembang sesuai zaman.

“Inilah sejarah La Huerta. Kami beradaptasi dengan jenis tanaman dari waktu ke waktu, kami banyak berubah dan seringkali hanya untuk bertahan hidup,” papar Miquel Minguet, CEO Horta Viva.

Perusahaan yang dikelolanya mencerminkan mentalitas ini: dari bertani di lahan organik kecil dekat Alboraya di bagian utara kota hingga sekarang menjalankan tur agriwisata di sekitar La Huerta.

Budaya adaptasi La Huerta, yang tidak hanya mengonservasi tapi juga memperbaiki kondisi kontemporer, menurut Clelia Maria Puzzo dari FAO, berpotensi menjadi solusi berkesinambungan bagi masalah-masalah pertanian modern.

Oleh karena itu, sejak Juli 2019, Valencia menjadi Pusat Dunia bagi Pangan Urban Berkesinambungan (CEMAS)—sebuah inisiatif yang didirikan bertujuan memastikan pangan berkesinambungan untuk generasi masa depan.

“Produksi di La Huerta pada dasarnya ditujukan bagi konsumsi sendiri dan pasar lokal,” ujar Vicente Domingo, direktur CEMAS.

“Berkat strukturnya yang unik, [sistem irigasi La Huerta] mampu bertahan selama berabad-abad dengan upaya para petani dari generasi ke generasi yang melestarikan lahan ini meski ada tekanan urbanisasi,” lanjutnya.

Petani yang dimaksud Vicente mencakup Tony Montoliu, yang menggarap sebidang lahan di Kota Meliana sebelah utara La Huerta sejak dia berusia 12 tahun.

Montoliu telah menanam tumbuhan seperti okra dan sawi hijau jauh sebelum tanaman tersebut populer di sana. Dia juga punya reputasi menanam biji-bijian local istimewa seperti cacau del collaret.

“Hidup sebagai petani adalah soal penemuan. Saya belajar terus setiap hari karena ladang dan lahan terus-terusan bicara,” katanya.

Hasil panen dia gunakan sebagai bahan baku hidangan di restorannya. Pengunjung restorannya memilih sayuran sendiri lantas Montoliu memasaknya—sering kali sebagai pelengkap hidangan paella kelinci atau ayam.

Jika sayuran berlebih, Montoliu membawanya pulang.

Berbeda dengan Montoliu, sebagian besar petani menjual sayuran yang tidak bisa mereka konsumsi sendiri di Tira de Comptar, pasar grosir yang hampir sama tuanya dengan Pengadlilan Air.

(BBC)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here