Jokowi The King Maker

0
905
Joko Widodo (Jokowi)

BarisanBerita.com,- Paska penolakannya terhadap masa jabatan presiden tiga periode, kini semua mata mengintip siapa bakalan pengganti Jokowi. Mantan Wali Kota Solo ini dianggap belum punya tandingan dalam soal pengaruh dan kinerja.

Dan kandidat presiden nanti, tak bisa memungkiri bahwa mereka butuh bukan hanya dukungan partai, tapi juga pengaruh Jokowi. Dia dianggap sebagai penentu setelah Megawati.

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo, Presiden Joko Widodo kemungkinan akan jadi orang atau figur yang baru pada 2024.

Karyono meyakini Jokowi akan jadi king maker, seperti halnya Megawati ketika mengorbitkan dirinya.

“Figur Jokowi akan masuk menjadi salah satu “king maker” dalam pertarungan pilpres mendatang. Pengaruh Jokowi masih cukup besar,” kata Karyono dalam keterangan yang diterima, beberapa waktu lalu, seperti dilansir Tribunnews.com.

Karenanya, Karyono mengatakan konstelasi pilpres 2024 akan dipengaruhi juga oleh konfigurasi para “king maker”.

Pertarungan sesungguhnya justru terjadi di tingkat king maker.

“Tidak hanya faktor figur capres dan koalisi partai yang perlu diperhatikan, tetapi koalisi para king maker sangat penting untuk diamati, karena para king maker berpengaruh dalam memainkan peran di belakang layar,” katanya.

Di sisi lain, Sejumlah nama bahkan digadang-gadang layak menjadi calon presiden. Kebanyakan dari mereka merupakan kepala daerah. Adapula nama menteri masuk dalam radar survei.

Tiga nama kepala daerah itu adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kemudian nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Nama terakhir ini sudah tidak asing lagi. Prabowo sudah bolak-balik mengikuti ajang Pilpres.

Dari sejumlah survei sejak Juli 2020 hingga Maret 2021, Prabowo memang selalu unggul. Kemudian disusul Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Ketiga nama tokoh tersebut bergantian menempati posisi satu, dua dan tiga dalam sejumlah survei.

Di bawah ketiga nama tersebut, terdapat Menteri Parekraf Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Keduanya menempel ketat di posisi keempat dan kelima.

Direktur Riset Populi Center, Usep Achyar, menilai semua nama tersebut memang sudah lama muncul. Mereka memang dinilai layak untuk menjadi presiden. Ditambah nama mereka selalu teratas di sejumlah versi dan merupakan media darling. Terutama nama Prabowo, Ganjar dan Anies.

“mereka punya instrumen aktualisasi diri yang cukup disorot dalam hal ini menduduki jabatan penting di pemerintahan,” kata Usep kepada merdeka.com, Kamis kemarin.

Tiap nama memang memiliki keunggulan. Seperti pada Anies. Posisi mantan menteri pendidikan itu tampak diposisikan berhadapan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Usep melihat Anies bisa mengambil ceruk masyarakat yang tidak memilih Jokowi pada Pilpres 2019 lalu.

Dalam Pilpres 2019, pasangan Jokowi-Ma’ruf mendapat suara sekitar 55 persen. Sisanya 45 persen suara Prabowo-Sandiaga, kemungkinan besar bisa beralih mendukung Anies saat ini. Salah satu alasannya, yakni masuknya Prabowo dan Sandiaga dalam jajaran kabinet menteri era Presiden Jokowi.

Di samping itu, Anies mendapat persepsi bagus dari publik. Mereka melihat Anies punya nilai tersendiri soal kepemimpinan seperti soal kecerdasan atau keterampilan memimpin. “Saya kira ini yang kemudian menjadi ceruk Aneis yang dimainkan itu menjadi kecerdasan tersendiri bagi Pak Anies untuk memainkan ini,” katanya.

Kemudian untuk Ganjar Pranowo, Usep menjabarkan, gubernur Jateng tersebut selama ini mendukung penuh pemerintahan karena berasal dari suku dan partai sama. Kemudian Ganjar dikelompokkan sebagai pendukung utama di pemerintahan Presiden Jokowi. Ditambah Ganjar juga relatif dipandang berhasil memimpin Jawa Tengah.

Memang harus disadari posisi Ganjar akan terganjal. Ini dikarenakan di PDIP terdapat nama Puan Maharani, selaku ketua DPR sekaligus anak kandung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Posisi ini tentu membuat Ganjar harus ekstra keras agar mendapatkan tiket untuk menjadi calon presiden.

“Apakah akan punya tiket atau tidak ini persoalan ya karena kalau PDIP juga kan banyak calon-calon yang potensial selain Ganjar,” ungkap dia.

Sementara untuk Prabowo, publik dirasa sudah sangat paham. Modal sebagai menteri pertahanan tentu memberi peran besar. Untuk itu ketua umum Partai Gerindra tersebut harus bisa menunjukkan keberhasilan. Sehingga ke depan menambah poin Prabowo. Walaupun mungkin banyak orang kecewa dengan bergabungnya Prabowo dengan Jokowi.

“Pak Prabowo ini mungkin dia lebih tinggi di kelompok kelompok tua. Saya kira juga kan pendukungnya masih banyak,” kata Usep menjelaskan.

Pentingnya Popularitas

Di kesempatan lain, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan, melihat ada tiga faktor yang memengaruhi nama Prabowo, Anies dan Ganjar selalu teratas dalam survei capres. Pertama, mereka ini tingkat popularitasnya sudah tinggi semua di atas 75 persen-80 persen. Dengan angka itu artinya lebih dari 75 persen pemilih Indonesia sudah mengenal mereka.

Khusus untuk Prabowo, kata dia, bahkan tidak berbeda jauh dengan Jokowi popularitasnya. Apalagi dia sudah tiga kali mencalonkan jadi presiden.

Nama Anies juga sama sudah berada dalam radar politik Indonesia. Seperti dalam 10 tahun terakhir. Begitu juga Dengan nama Ganjar, Ridwan Kamil hingga Sandiaga. “Mau tidak mau faktor popularitas itu penting kan tidak mungkin orang mau memilih kalau dia tidak kenal,” kata Djayadi.

Selain itu para kandidat capres versi lembaga survei, ini juga punya tingkat likebilitas atau tingkat kesukaan masyarakat di atas 80 persen. Dengan angka itu, untuk dianggap sudah layak menjadi kandidat calon presiden.

(BBS, Mdk/wo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here