Dampak Covid 19: Penggunaan Narkoba di Dunia Meningkat

0
556
Ladang bunga poppy di Afghanistan, bahan untuk membuat opium

BarisanBerita.com,- Selain mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan dan pengangguran, pandemi juga menyebabkan lebih banyak orang menggunakan narkoba, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, kata laporan PBB.

Jumlah pengguna narkoba diperkirakan akan meningkat 11% sampai 2030 secara global, kata badan PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, UNODC, dalam laporan terbarunya yang dirilis hari Kamis (24/6). Sekitar 275 juta orang di seluruh dunia menggunakan narkoba pada 2020, naik dari 226 juta pada 2010, yang artinya ada peningkatan 22%.

UNODC memperingatkan bahwa sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia menghadapi tugas yang semakin berat, dengan perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 36 juta orang menderita gangguan penggunaan narkoba pada 2019, naik dari perkiraan sebelumnya 27 juta pada 2010.

Meskipun jumlah orang dengan gangguan penyalahgunaan narkoba meningkat, ketersediaan intervensi pengobatan tetap rendah. Pada 2019, hanya satu dari delapan orang yang menderita gangguan penggunaan narkoba menerima bantuan professional, seperti dilansir DW.

Sementara itu, penggunaan opioid terus menjadi beban terbesar, kata laporan itu. Jumlah pengguna di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat selama dekade terakhir, dengan Amerika Utara merupakan yang tertinggi.

Dampak pandemi COVID-19

Pandemi corona telah memperburuk faktor-faktor yang memicu lingkaran setan kerentanan sosial ekonomi dan penyalahgunaan narkoba, kata laporan UNODC. Kemiskinan, konflik, dan pendidikan yang terbatas selama pandemi turut memicu penggunaan narkoba. Pada tahun 2020, 124 juta orang didorong ke dalam kemiskinan ekstrem dan 1,6 miliar siswa terkena dampak penutupan sekolah.

Lockdown dan pertumbuhan ekonomi negatif yang disebabkan oleh pandemi juga telah menyebabkan peningkatan pengangguran global secara keseluruhan. Selama pandemi, banyak negara mencatat peningkatan penggunaan ganja dan penggunaan obat-obatan farmasi non-medis seperti benzodiazepin, kata laporan itu.

Meskipun pasar obat untuk sementara terganggu di sebagian besar dunia selama fase pertama pandemi, mereka pulih dengan cepat, kata laporan UNODC. Pandemi telah memicu atau mempercepat beberapa dinamika perdagangan yang sudah ada sebelumnya, seperti pengiriman barang yang lebih besar dan peningkatan penggunaan rute darat dan jalur air.

Aksesibilitas obat online menimbulkan tantangan baru

Perluasan pasar obat online ke media sosial dan platform perdagangan populer menunjukkan bahwa aksesibilitas pasar obat lewat situs-situs gelap (darknet) di internet semakin melebar, kata UNODC. Penjualan obat lewat darknet sekarang diperkirakan bernilai setidaknya 315 juta dolar AS per tahun, dengan peningkatan empat kali lipat dalam satu dekade terakhir.

Penggunaan narkoba terutama meningkat secara mencolok di negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah, kata laporan itu. Pada tahun 2030, negara-negara berpenghasilan rendah diperkirakan akan melihat peningkatan 43% dalam penggunaan narkoba, negara-negara berpenghasilan menengah meningkat 10%, dan negara-negara berpenghasilan tinggi akan mengalami pengurangan 1%. Sementara itu, jumlah pengguna narkoba di benua Afrika diproyeksikan meningkat 40% pada dekade berikutnya.

UNODC mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam memerangi perdagangan narkoba. “Sangat penting bahwa lembaga penegak hukum yang beroperasi di titik-titik perbatasan bertukar informasi dan mentransfer pengetahuan di tingkat regional dan internasional tentang pendekatan larangan yang efektif dan praktik-praktik terbaik,” kata laporan UNODC.

(DW)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here