Kisah Kejam Komunisme: Aku Korban Mata-Mata Kakakku Sendiri

0
904
Buku tentang Jerman Timur

BarisanBerita.com,- Jerman Timur di masa komunis menjadi tempat yang menakutkan. Militer dan Dinas Rahasia bersikap sangat kejam, apalagi bagi warga negara yang berniat kabur menuju Jerman Barat. Saling memata-matai pun dilakukan agar rasa takut tetap mengancam, dan membuat mereka tak lagi berpikir pindah dari negeri komunis itu.

Kisah pahit dialami pria bernama Peter Keup yang sempat merasakan kejamnya kehidupan di Jerman Timur di bawah rezim komunis. Dia dan keluarganya harus memgalami intimidasi, serta hukuman penjara karena berniat pindah ke Jerman Barat. Bahkan kakaknya pun dipaksa untuk memata-matai Peter. Berikut kisahnya.

Aku berusia tiga tahun, dan kakakku Ulrich tujuh tahun. Ayah kami seorang komunis, dan saat usiaku beranjak 16 tahun, ibu mengajak ayah untuk pindah ke Jerman Barat. Tapi pemerintah Jerman Timur menolak keras keinginan kami. Sejak saat itu mulailah segalanya menjadi buruk–sangat buruk.

Peter Keup di ruangan yang pernah menjadi penjara bagi dirinya selama 10 bulan

Kami dianggap pengkhianat. Aku dikeluarkan dari sekolah, dan aku tak bisa mendapat pekerjaan yang kuinginkan. Itu belum selesai, aku pun dilarang melakukan olah raga yang aku sukai, khususnya olah raga di lapangan.

Hubunganku dengan kakakku Ulrich tak begitu akrab. Dia mulai kecanduan alkohol di awal-awal remaja. Dia punya anak pertama dengan pacarnya saat berumur 21 tahun.

Dan karena dilarang menekuni olah raga, lalu aku memilih berdansa di dalam ruangan bersama adik perempuanku, Utah pada tahun 1981. Dansa di dalam ruangan tidak dilarang karena dianggap kegiatan pribadi, dan pemerintah komunis Jerman Timur tidak bisa melarang.

Aku dan adikku sempat meraih juara ketiga dalam lomba dansa se-Jerman Timur. Kami ditawari menjadi wakil negara dalam kompetisi dansa di luar negeri, dengan sarat harus melepas keinginan untuk pindah ke Jerman Barat. Di momen itulah niat untuk kabur muncul di benakku. Usiaku saat itu 22 tahun, dan aku merasa seperti hidup di dalam kuburan karena begitu terbatasnya kebebasan di Jerman Timur.

Aku berencana pergi ke Czechoslovakia, lalu diam-diam menyebrang ke Hongaria, dan berenang menuju Austria. Namun, aku ditangkap di kereta yang aku tumpangi. Dan dimulailah masa-masa lebih pahit datang setelah Dinas Rahasia Jerman Timur, STASI, mengintrogasiku.

Tak kuat diintrogasi selama 40 jam, aku akhirnya mengaku berniat kabur ke negara lain. Aku diperlakukan seperti binatang kemudian di penjara dengan nomor tahanan 13-1. Aku habiskan 10 bulan di dalam penjara, sampai akhirnya pemerintah Jerman Barat membayar uang tebusan 100.000 deutschmark (mata uang Jerman Barat) untuk pembebasanku.

Saat itu uang tebusan menjadi sumber pendapatan pemerintah Jerman Timur. Setelah dibebaskan, aku langsung menuju Essen, Jerman Barat, dan hidup bersama kakekku. Itu menjadi kenangan terindah dalam hidupku, dan aku sukses membuka sekolah dansa di sana.

Kebahagianku bertambah, setelah keluarga ku diizinkan tinggal bersamaku di Jerman Barat. Namun, kesulitan belum berakhir. Ayahku bunuh diri sebelum dirinya melihat tembok pemisah Jerman Timur dan Jerman Barat runtuh. Sementara, kakakku Ulrich makin kecanduan dengan minuman kerasnya. Dia meninggal pada tahun 1993 karena pendarahan otak.

Tentara komunis Jerman Timur melarikan diri ke Jerman Barat

Pada tahun 2012, sebagai keluargaterdekat Ulrich, aku diizinkan untuk membuka dokumen Stasi. Di saat itulah akhirnya aku tahu telah menjadi korban operasi mata-mata kakakku. Rasanya seperti gempa bumi, aku sangat terkejut. Aku tak pernah curiga tentang kegiatan Ulrich. Lalu aku bercerita pada ibuku, namun beliau tak mau mendengar, begitupun adikku Utah, yang tak mau tahu. Sepertinya Utah sudah tahu operasi intelijen Ulrich sebelumnya.

Selama itu, Ulrich menjadi Mitarbeiter-kaki tangan Stasi. Ada banyak orang yang menjadi kaki tangan badan rahasia itu.

Di akhir Oktober tahun lalu, semua rahasia Ulrich makin terkuak berdasarkan dokumen Stasi yang aku baca. Salah satunya di halaman dokumen yang mengungkap kegiatanku saat di Praha, Ibukota Ceko. Di situ diungkap kepergianku ke Praha dan bertemu ibuku.

Setelah membaca dokumen itu, terungkaplah bagaimana Ulrich bercerita pada Stasi, kereta apa yang aku tumpangi, di mana aku bertemu kakakku, dan di mana aku pergi selanjutnya. Aku diawasi dengan ketat, sampai akhirnya aku ditangkap di kereta itu–kejadian yang kemudian membuatku trauma. Dan semua itu karena ulah Ulrich, kakakku.

Seberapa banyak Ulrich bercerita pada Stasi, sampai saat ini aku tak tahu. Namun, rasanya sangat menyakitkan ketika kita dikhianati, apalagi oleh saudara kandung. Aku kadang-kadang merasa lelah dan sedih setelah terkuaknya rahasia itu. Namun, aku harus bangkit dari kejadian kelam tersebut. Meskipun terkadang aku masih ketakutan dan curiga berlebihan pada orang lain setelah kasus Ulrich itu.

Jika saja Ulrich masih hidup, aku akan bertanya pada dia, kenapa Dia setega itu, memata-matai keluarganya sendiri? Aku ingin Ulrich tahu betapa menyakitkan perbuatannya selama itu.

Setelah menemukan dokumen rahasi Ulrich, aku memutuskan untuk kuliah Sejarah Jerman. Aku jual sekolah dansaku. Aku berkeliling dunia untuk bercerita tentang Jerman Timur dan kekejamannnya. Dan sekarang aku bekerja di Cottbus, Jerman Timur yang tidak komunis lagi, sebagai aktivis hak asasi manusia. Aku berkantor, di sebuah ruangan yang dulu merupakan sel tempat aku ditahan selama 10 bulan.

Sumber         : The Guardian

Penterjemah  : Bowo/Herdi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here