Menguak Kehebatan SAS, Pasukan Khusus Inggris

0
1317
Pasukan SAS Inggris

BarisanBerita.com– Keberadaan pasukan khusus Inggris, Special Air Service (SAS) sampai hari ini masih diselimuti misteri dan sulit untuk diungkap lebih dalam oleh siapa pun. Sejumlah wartawan hingga ahli militer berusaha menguak kehebatan pasukan khusus milik Inggris ini, namun tak banyak yang bisa digali. Semua itu seperti julukannya “khusus”, maka sejarah kehebatan pasukan ini pun terbungkus oleh banyak rahasia.

Aksi pasukan SAS pada Perang Dunia ke-II

Pasukan elit ini sedikit dikupas oleh Nicholas Davies dalam bukunya Death Before Dishonour. Davies menyebut kehebatan SAS di beberapa peperangan termasuk di Indonesia, menjadi dasar utama kemampuan pasukan ini dalam perang hutan.

Pengalaman Perang Hutan melawan tentara Indonesia membuat SAS makin digdaya di perang-perang selanjunya. Mantan tentara SAS, Chris Ryan mengatakan, “Semua taktik yang digunakan SAS sampai hari ini berasal dari Perang Hutan, dan Perang Hutan juga menjadi bagian penting dalam pelatihan-pelatihan pasukan SAS.”

“Jika kau mampu menjadi tentara dalam Perang Hutan, kau bisa bisa menjadi tentara di mana pun,” kata Chris Ryan.

Tak seorang pun tahu
Berawal dari kasus penyanderaan di Kedutaan Iran di Inggris pada tahun 1980, publik negara kerajaan itu dan dunia internasional akhirnya tahu tentang keberadaan SAS. Mereka dikejutkan oleh tampilnya sekelompok orang dengan senjata api dan wajah berkedok hitam, menyerang gedung Kedutaan Iran. Sejumlah orang menerka siapa mereka hingga akhirnya tahu bahwa itu adalah pasukan khusus SAS.

Namun, pemerintah Inggris secara diplomatis mengelak mengungkap lebih jauh. Kerahasian menjadi senjata mematikan. Kebijakan itu yang terus digunakan militer Inggris terkait aksi SAS.

Untuk kehebatannya pasukan elit ini, Amerika hingga harus menimba ilmu dari SAS dalam membentuk pasukan khusus Navy Seals.

Dibenci Hitler
Dibentuk di tengah periode Perang Dunia ke-II, SAS berhasil mengobrak-abrik pasukan Nazi Jerman. Atas aksinya itu, pemimpin Nazi, Adolf Hitler, sampai mengeluarkan instruksi khusus, “Cari, dapatkan dan hancurkan hingga berkeping-keping.”

“Orang-orang ini sangat berbahaya, mereka harus dikejar dan dihancurkan dengan cara apapun,” kata Hitler setelah SAS berhasil menghancurkan perbekalan militer Jerman di Afrika.

Akibatnya, pasukan Jerman melakukan pengejaran pada pasukan SAS. Mereka tak mengikuti perjanjian Geneva tentang perlakuan manusiawi pada tawanan perang. Sejumlah pasukan SAS yang berhasil ditangkap diperlakukan dengan kejam.

Tim penyelidik Inggris paska Perang Dunia ke-II berakhir, mendapati fakta bahwa pasukan SAS yang tertangkap Jerman, menderita penyiksaan brutal hingga tewas. Sebagian pasukan dikuliti hingga mati dan sebagian lagi dipanggang hidup-hidup.

Perang hutan
Salah satu faktor yang membuat pasukan SAS menjadi istimewa di depan mata militer dunia adalah kemampuannya berperang di tengah hutan. Dan itu mereka dapatkan di perang hutan di kepulauan Kalimantan. SAS berkonflik dengan tentara Indonesia di Borneo (Kalimantan-red) pada sekitar tahun 1959.

Awalnya mereka diminta untuk membantu pemerintah Malaysia mengusir pasukan komunis di negeri itu. Namun keadaan berubah menjadi lebih rumit setelah Presiden Indonesia Pertama, Soekarno berkonfrontasi dengan Malaysia. Indonesia mengerahkan puluhan ribu pasukannya ke tengah hutan Borneo.

Dalam bukunya, Nicholas Davies menulis, pasukan Indonesia adalah pasukan profesional yang sangat terlatih dan mahir dalam perang hutan. Peperangan berlangsung selama empat tahun, dan SAS dibantu pasukan Australia, Selandia Baru dan Gurkha. Indonesia diperkirakan mengerahkan sektar dua puluh ribu tentara.

Tugas pasukan SAS adalah masuk ke dalam pertahanan Indonesia di hutan Kalimantan. Mereka diminta memantau dan melaporkan apa yang mereka lihat, kemudian menagadan operasi penyergapan.

Komandan SAS di Kalimantan saat itu, Jenderal Walter Walker mengatakan,”Kemampuan empat tentara SAS setara dengan seratus tentara infantri biasa. Itu bukan karena kemampuannya menembak, melainkan kemampuan intelijen, yang bisa menyelamatkan hidup mereka. Mereka menang perang tanpa bertempur,” katanya.

Berat badan turun drastis
Kerasnya pelatihan anggota SAS membuat mereka menjadi tahan dan mampu menghadapi tantangan alam. Mereka harus bisa bertahan selama tiga minggu di pelatihan yang berat, menyelamatkan diri dengan alat seadanya, ransum makanan yang terbatas, kurang tidur dan diam dalam senyap selama mungkin.

Mereka diajarkan untuk berkamuflase di hutan, dengan tanpa merokok atau mengunyah permen, tanpa pernah mandi, tak menyikat gigi mereka dan tidak pernah batuk atau mengorok saat tidur.

Ketika anggota SAS kembali ke markas, dipastikan berat tubuh mereka hilang dua puluh hingga dua puluh lima pound. Tubuh mereka sudah seperti tengkorak karena kurus.

Perang hutan di tahun 1963 sampai 1966 memberi pelajaran paling berharga bagi tentara SAS. Mereka makin ahli dalam segala medan perang.

Pertempuran dalam gua
Mantan pasukan SAS, Chris Ryan yang bertugas selama 10 tahun di pasukan elit tersebut bercerita tentang pengalaman rekannya yang bertugas di Afganistan pada Januari 2018.

Saat itu ada informasi tentara Taliban bersembunyi di sebuah gua di Afganistan. Kala itu pasukan Pemerintah Afganistan takut masuk ke lokasi tersebut. Akhirnya masuklah seorang Sersan SAS ke dalam gua.

Sang Sersan berusia 29 tahun yang tak disebutkan namanya, merangkak masuk ke dalam gua. Anggota SAS itu mendapati tiga Taliban berada di dalam, lalu dengan cepat dia menembak mati ketiganya dengan pistol Glock. ketika sang sersan melihat masih ada satu Taliban yang bersembunyi, dia berusaha mengarahkan pistolnya, namun senjata itu gagal berfungsi.

Karena tak punya lagi waktu untuk memperbaiki pistolnya, anggota pasukan elit ini lalu mencabut kapak di pinggangnya kemudian menghantamkannya ke kepala pasukan Taliban tersebut. Sumber mengatakan,”Sersan itu masih berkelahi lagi dengan dua Taliban lainnya dengan hanya mengandalkan pengelihatan dari sinar lilin yang menyala di dalam gua tersebut.”

Pertempuran belum selesai, satu Taliban berusahan menyerangnya, namun kemampuan berkelahi anggota SAS itu menyelamatkan hiupnya, Satu Taliban tersebut tewas seketika. Sumber menyebut perkelahian tersebut merupakan perkelahian paling brutal.

Sang Sersan lalu keluar dari gua dengan tubuh penuh bersimbah darah dari miliknya dan juga korban.

Sersan itu lalu mengatakan perkelahian di dalam gua itu menjadi pengalaman paling keras dalam karir militernya.

Chris Ryan mengatakan, pertempuran di dalam gua menjadi cerminan keberanian luar biasa, dan menjadi cara sang sersan menunjukan kemampuan tempurnya di ruangan sempit dengan udara yang begitu sedikit. Dan pastinya merupakan pertempuran yang sangat mengerikan.

“Si Sersan begitu trauma dan tak bisa berbicara apa-apa setelah keluar dari gua. Tapi keberaniannya itu tidaklah luar biasa di antara pasukan SAS. Itu adalah cara biasa yang mereka lakukan dalam pertempuran,” ujar Chris Ryan.

Latihan paling gila
Andy McNab (nama samaran) adalah tentara Inggris paling muda yang bergabung dengan SAS. Di usia delapan belas tahun dia bergabung dengan pasukan infantri kemudian masuk SAS. Andy berkarir di pasukan elit itu selama sepuluh tahun dengan pangkat terakhir Sersan.

Dia bergabung dengan SAS dan menyadari bahwa mitos tentang siapa saja yang bergabung dengan pasukan elit itu adalah karena takdir, ternyata salah. Semuanya seperti melmar pekerjaan baru, “Kau melamar pekerjaan dan kau kemudian terpilih. Itu saja,” kata Andy.

Ketika aku dipanggil, ada sekitar 220 pelamar lainnya yang menanti tahapan tes selanjutnya. Pada bulan pertama, peserta mengikuti pelatihan stamina dan mental.

Panitia tak tahu namamu kecuali nomor yang diberikan mereka ke dirimu. Mereka kemudian menaruhmu di sebuah lokasi antah berantah di Pegunungan Hiitam di Welsh, Inggris.

Mereka memberimu peta dan kompas supaya kau tahu di mana ka berada. Panitia kemudian memanggil namamu lalu memberi kordinat lokasi untuk pertama kalinya. Kau tak akan tahu ke mana dan sampai kapan kau harus terus berjalan.

Pelatihan semacam itu diulang selama 31 hari terus menerus. ditambah berjalan kaki sepanjang 64 kilometer menuju pegunungan.

Dari 220 peserta hanya tersisa 24 orang akibat pelatihan yang luar biasa berat itu.

Andy melanjutkan, setelah pelatihan fisik, peserta kemudian mengikuti pelatihan menembak, Mereka tak ingin peserta cuma baik dalam menembakan senjata, tapi harus cepat belajar dalam pelatihan tersebut.

Pelatihan selanjutnya, bertempur di tengah hutan selama satu bulan. Satu grup dikirim ke hutan Kalimantan. Hutan adalah tempat terbaik dalam menerapkan taktik pertempuran.

Andy ingat dalam pelatihan perang hutan itu cuma tersisa delapan orang. Kelompok ini kemudian dibawa masuk kembali ke tengah hutan dan dipertemukan dengan seorang mantan SAS yang pernah ditangkap musuh. Orang ini memberitahu teknik bertahan selama ditangkap, termasuk cara menghadapi interogasi.

Setelah berhasil melewati tahapan tes mematikan ini, delapan serdadu yang tersisa kemudian dinyatakan lulus dan mendapat lencana resmi dari Perwira SAS.

Perwira itu mengatakan,”Ingat, lebih sulit mempertahankan dibanding mendapatkannya.”

(BBS, Diazz, Bobby)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here