Risma dari Hati

0
832
Risma

“Pursue what catches your heart, not what catches your eyes.”
― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Jakarta, BarisanBerita.com,- Rasa keibuan nampaknya dominan menyertai aksi Risma selama ini. Surabaya sudah menjadi saksi bagaimana perempuan ini mampu membenahi kota yang tadinya semrawut.

Begitupun ketika menjadi Menteri Sosial, naluri wanitanya mucul lagi, dengan menyambangi banyak ketimpangan di negeri ini. Publikpun jatuh cinta.

Sempat disebut setingan, Risma akhirnya bertemu dengan sosok tunawisma yang diperbincangkan hingga viral, Kastubi. Pertemuan tersebut terjadi ketika Risma mengunjungi Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur, Bekasi pagi ini.

Sosok tunawisma bernama Kastubi itu ‘diambil’ Risma beberapa hari lalu saat blusukan di Jakarta. Ketika bertemu Kastubi di balai rehabilitasi, Risma langsung tertawa. Risma tertawa karena aksi blusukannya dikira settingan.

“Aaah bapak ini, settingan katanya. Hah? Bapaknya ketemu aku ndak tau dia, sopo aku. Kan nggak? Nggak tahu. Bentar lagi jadi artis, Pak,” ujar Risma kepada Kastubi di lokasi, Jumat (8/1/2021).

Risma berbincang dengan seorang tuna wisma

Selain itu, Risma juga bertanya soal kondisi Kastubi saat ini. Risma pun menjanjikan pekerjaan kepada Kastubi supaya bisa mendapat penghasilan.

“Enak di sini toh pak? Nggak kehujanan. Udah di sini. Nanti tak carikan kerjaan,” ucap Risma.

Seusai berbincang-bincang, Risma hendak kembali berkeliling balai. Namun, dirinya tertawa lagi karena sempat dibully gegara viral Kastubi.

“Tertawa dia. Aku yang dibully,” pungkasnya sambil pergi.

Sebelumnya, sempat ada seorang pria bernama Nursaman yang mengaku-ngaku sebagai tunawisma yang ditemui Risma yang viral itu. Namun setelah ditelusuri, pengakuan itu bohong belaka. Yang ditemui Risma ternyata Kastubi.

Aksi blusukan Risma sama persis yang dilakukan Jokowi ketika menjadi Gubernur DKI. Bukan karena pencitraan, tapi dua tokoh ini memang punya niat dekat dengan rakyat.

Pakar Psikologi Politik, Hamdi Muluk, pernah menganalisa sepak terjang tokon tersebut.

Hamdi mengatakan saat itu, bakal Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo atau Jokowi dinilai sebagai politikus Indonesia paling sukses saat ini dalam melakukan political branding. Pasalnya, narasi tentang Jokowi telah mengakar kuat di masyarakat.

“Saat ditanya siapa yang paling sukses melakukan political branding, ya Jokowi. Suka atau tidak suka,” ujarnya.

Menurut Hamdi, keberhasilan seorang tokoh politik dalam melakukan branding diukur saat orang-orang mampu bercerita tentang tokoh itu secara fasih. Hal tersulit dalam branding, kata dia, adalah membangun narasi karena hal itu membutuhkan kompetensi sekaligus konsistensi sikap dari seorang tokoh.

“Personal branding itu penting di tengah ramainya caleg di pasar elektoral,” imbuh Hamdi.

Guru Besar Fakultas Psikologi UI itu menambahkan branding berbeda dengan iklan. Iklan, kata dia, adalah salah satu dari branding. Branding, lanjutnya, sama dan sebangun dengan menggali dan menemukan potensi dirinya untuk ditawarkan kepada masyarakat.

“Anda dipoles, lalu Anda beriklan satu, dua, tiga kali lalu branding Anda terbentuk, lupakan sajalah. Anda harus punya modal karakter, karakter itu seperti diamond. Ditaruh dalam lumpur pun tetap berkilau,” tandasnya.

(Dtk, BBS, wo, Ris)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here