Senjata Rahasia Iran Hadapi Israel

20
1128
Pesawat tempur

BarisanBerita.com,- Tak seperti musuh lainnya, Iran bisa disebut lawan yang tak mudah dikalahkan Israel. Negara Zionis itu harus sangat hati-hati melakukan serangan pada negara itu, termasuk niat menghancurkan pusat nuklirnya.

Iran punya senjata rahasia yang membuat Israel tak berani gegabah, termasuk Amerika yang memperhitungkan balas dendam oleh negara Mullah tersebut—Proxy War.

Yaakov Amidror, mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel yang kini menjadi peneliti senior lembaga kajian Institut Strategi dan Keamanan di Yerusalem, adalah sosok pertama yang memperingatkan bahaya ambisi nuklir Iran pada awal 1990-an saat dia masih bekerja untuk intelijen militer Israel.

Penilaiannya cukup kelam terkait perkembangan baru-baru ini.

“Israel tidak bisa hidup dalam situasi di mana Iran semakin dekat [memiliki] bom, dan dalam waktu dekat harus membuat keputusan bagaimana menghentikannya,” tegas Amidror.

“Saya tidak melihat cara lain kecuali mengebomnya, karena saya tidak melihat Iran mundur dari mimpi memiliki payung nuklir sehingga mereka bisa lebih agresif dari sikap mereka saat ini,” imbuhnya.

Israel sudah dua kali bertindak sendirian dalam menghancurkan reaktor nuklir negara musuh—pertama di Irak pada 1981 dan di Suriah pada 2007.

Meski demikian, banyak analis mempertanyakan apakah Israel mampu melaksanakan operasi yang sedemikian kompleks guna menghentikan program nuklir Iran yang jauh lebih maju dan melibatkan berbagai fasilitas (termasuk fasilitas bawah tanah). Selain itu, apakah Israel juga sanggup menanggung konsekuensinya.

“Semua orang di Israel paham bahwa [sebuah serangan] bisa menuntun ke sebuah perang yang sangat rumit,” kata Amidror.

Iran, di lain pihak, sudah membulatkan tekad untuk menggelar “respons yang mengejutkan” jika diserang. Diasumsikan, Iran akan menggunakan kekuatannya sekaligus berkoordinasi dengan beragam kelompok proxy di wilayah Timur Tengah: Hezbollah di Lebanon yang punya puluhan ribu roket, milisi Syiah di Suriah dan Irak, gerakan pemberontak Houthi di Yaman, serta milisi Jihad Islam di Jalur Gaza.

Dihadapkan pada risiko besar, beberapa sosok pro-serangan ke Iran menilai gempuran akan berfaedah walau hanya memundurkan rencana nuklir Iran beberapa tahun ke belakang.

Bagaimanapun, secara resmi pemerintah Israel masih mengusung solusi damai melalui negosiasi.

“Saya harap saluran diplomatik akan berhasil,” ujar Sima Shine, mantan kepala riset badan intelijen Mossad. “Namun saat ini saya tidak memberinya peluang yang tinggi.”

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengusulkan agar Iran dan pihak-pihak terkait langsung “sama-sama mematuhi” JCPOA, namun pemerintah Israel menentangnya.

Kesepakatan itu mencabut banyak hambatan banyak hambatan pada program nuklir Iran hingga 2025 dan tidak membatasi pengembangan rudal balistik Iran atau menghambat kelompok-kelompok milisi di Timur Tengah.

“Evaluasi saya pada posisi Iran adalah negara itu sebenarnya tidak mau mundur,” kata Shine, yang kini mengepalai program kajian Iran di lembaga Institut Kajian Keamanan Nasional Israel.

“Yang mereka inginkan, tentunya, pengurangan sanksi-sanksi dan mereka paham bahwa mereka harus membayar sesuatu untuk mendapatkannya. Pertanyaannya, apakah perhitungan Iran—sejauh apa perekonomian mereka perlu bantuan?”

Shine mengkhawatirkan perundingan soal nuklir hanyalah cara bagi Iran untuk mengulur waktu, mengingat Iran masih mempertahankan mesin-mesin sentrifugal untuk terus berputar dan menumpuk cadangan uranium yang diperkaya.

 

20 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here