Kisah Nyata: Mereka Menerima Isyarat dari Orang yang Telah Meninggal

0
1135
Ilustrasi

Percaya atau tidak, mereka yang telah mati terkadang memberi isyarat pada kita yang masih hidup, bahwa mereka masih tetap ada. Berikut sejumlah cerita singkat tentang keberadaan mereka;

Selalu ada

Pada suatu pagi yang cerah, putriku, Laura, berencana berfoto dengan papan seluncur milik kakaknya, Josh. Kakaknya itu telah meninggal akibat kecelakaan motor, yang terjadi tahun lalu. Ketika tukang foto mulai membidikan kameranya, dia mengarahkan Laura dengan papan seluncur, untuk berdiri di depan tembok berhias grafiti, yang berlokasi di kota dan menjadi tempat favorit Alm. Josh. Saat Laura terlihat di kamera, ternyata ada tulisan di atas kepalanya dengan tulisan “Abangmu selalu menjagamu,”.  Meski sedih, namun aku senang ternyata Laura masih terus “dijaga” abangnya.

Makanan Kesukaannya

Baru-baru ini kami kehilangan binatang kesayangan kami, Benny, seekor anjing jenis Golden Retriever. Dia diagnosa kanker. Di saat-saat sebelum kematiannya, kami memanjakan Benny dengan makanan kesukaannya, salah satunya adalah Cheesburger. Sehari setalah Benny mati, aku pergi ke sebuah restoran untuk makan siang, sambil mengenang Benny, aku memesan ayam goreng, namun kali ini aku tak memesan cheesburger (makanan ini biasanya ku pesan saat Benny ikut di sampingku). Sampai rumah, aku terkejut karena mendapati ada tas berisi ayam goreng dan double cheesburger. Aku termenung dan menangis. Aku tersadar, seolah Benny membawakanku makanan itu untuk terakhir kalinya.

Panggilan Telepon

Suamiku meninggal pada 9 Desember 2014, saat dia berusia 58 tahun, bersamaan juga dengan wafatnya ibu mertuaku. Saat aku merayakan meninggalnya suamiku, pada tahun 2015, aku menerima ucapan simpati dari teman-teman dan kerabatku. Sore harinya, teleponku berdering dua kali dan kemudian berhenti. Karena penasaran siapa yang menelpon, aku memeriksa nama penelpon. Aku terkejut, yang tampil di layar hp-ku, nama dan nomor telepon suamiku. Setelah dan sesudahnya aku tak pernah menerima panggilan dari nomor itu lagi.

 

Rusa Penyendiri

Pada bulan Januari yang sejuk, aku berkunjung ke makam ayahku di ulang tahunnya yang ke-72. Aku duduk di samping makam, yang mulai lebat oleh rumput. Lalu aku letakan bunga mawar, dan berkata tentang putri kebanggaannya ini datang. Aku selalu berdoa ke makam ayahku di saat peringatan ulangtahunnya. Tiba-tiba…aku merasa ada sentuhan hangat menyentuh pundakku. Kepalaku menoleh ke belakang, dan aku melihat ada rusa di tengah makam lainnya. Rusa itu sendirian dan menatapku. Aku tersenyum pada nisan ayahku. Aku tahu ayaku senang atas kedatanganku.

Hadiah dari Bunda

Saat berbelanja, aku menemukan kartu kredit tergeletak di lantai supermarket. Aku memungutnya dan menuju petugas informasi untuk mengumumkan tentang penemuan itu. Aku menunggu, namun tak ada yang datang. Salah satu petugas mengatakan, tadi ada seorang wanita yang meninggalkan dorongan belanjaannya, dan menuju mobilnya untuk mencari kartu kreditnya. Ketika akhirnya wanita itu datang, aku menghampirinya dan bertanya apakah dia kehilangan kartu kredit. Dia mengiyakan. Aku menanyakan namanya, dan ternyata namanya sesuai dengan nama di kartu kredit tersebut, lalu aku memberikannya. Wanita itu berkata, dia berdoa kepada ibunya yang baru saja meninggal dunia, untuk membantunya menemukan barang yang hilang itu. Kami lalu berbincang-bincang, dan aku mengenalkan namaku. “Claire namaku,” kataku. Wanita itu membalas,” ibuku namanya juga Claire.”

Kirimi Kami Kupu-kupu

Putraku meninggal dunia pada bulan Januari di sebuah rumah sakit di Inggris. Saat itu, putri kami memegang tangannya, dan berkata,” jika kau di surga, beritahu kami dengan mengirimkan kupu-kupu, ya.”  Sebagai manusia, aku sadar hal itu sepertinya hampir mustahil terjadi. Namun, di pagi harinya, sebuah surat tiba ke rumah kami dari sekolah di Midwest untuk permintaan bantuan. Benda pertama yang muncul, saat aku membuka amplop itu adalah potongan kayu berbentuk kupu-kupu.

Sisi lain

“Ayah sayang kamu, Kat,” kata ayahku lewat telepon. “Aku juga sayang ayah,” balasku. Malam itu, aku bermimpi sedang berada di sebuah jalan setapak di tengah hutan, bersama ayahku. Ayah memegang lengaku. Di depan kami ada pemandangan yang begitu indah, cahaya pelangi menerangi hutan. Tiba-tiba,  terdengar suara ibu menghentikan mimpiku. “Kat, bangun. Ayah telah pergi. Ayah meninggal,” ujar ibuku. Aku terduduk di pinggir tempat tidur. “Aku tahu,” kataku tersadar. “Aku bersama ayah saat dia menuju ke sana…”

(Sumber: Readers Digest)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here