All I Want

0
1378
All I want

When you said your last goodbye
I died a little bit inside
I lay in tears in bed all night
Alone without you by my side

– Kodaline

BarisanBerita.com,- Rosie Green menangis di ranjangnya. Hatinya teriris pilu, “mengapa aku harus mengalaminya.”

Berpisah, tak pernah terlintas di benaknya.

Rosie menceritakan kisah pernikahannya yang berakhir tragis.

Ini sebuah cerita tentang patah hati, saat perkawinanku runtuh dan aku sebenarnya tahu memang akan berakhir.

Dan ini juga ceritaku tentang merangkai kembali hidupku yang tercerai berai, namun tak berujung pada pembalasan ke mantan suamiku. Aku tak lakukan itu. Ini kisah tentang patah hati bukan perusak hati.

Aku dan mantan suamiku bertemu saat kami berumur 18 tahun. Saat itu aku berharap bisa menjalin kasih sayang, tanpa merasakan arti kepedihan dari sebuah perpisahan, seperti yang dialami orangtuaku.

Lelaki yang aku berharap bisa menjaga dan melindungiku, ternyata tak seperti yang aku harapkan. Aku telah salah menilainya.

Kami menikah selama 15 tahun, dan bersyukur diberkahi oleh Tuhan dengan dua anak yang hadir mengisi hari-hari kami. Namun itu berakhir…sebuah pesan di handphonenya menghancurkan semua mimpi yang telah aku rangkai.

Dia menambah hancur hatiku ketika mengatakan dirinya tak lagi mencintaiku.

Apa pun kulakukan

Pesan pahit itu tak langsung mengakhiri pernikahan kami, tapi butuh hampir lima bulan sampai tiba pada jurang kehancuran.

Saat itu suamiku berusaha meyakinkan bahwa semua masih bisa diperbaiki. Kami lalu minta pertolongan penasihat perkawinan. Suamiku bersumpah dia tidak akan meninggalkan aku karena perempuan lain. Dia ucapkan itu berulang kali. Namun, dia meninggalkanku. Seluruh tubuhku lunglai tak berdaya. Aku wanita yang tak punya kuasa dan berusaha melakukan apapun untuk mempertahankan perkawinanku. Aku gagal.

Remuk hati mengisi hari-hariku. Perasaan pedih itu membuatku tak bisa bangun karena tubuhku terasa lemah, kecapaian, dan sulit tidur. Rasanya ingin mati saja.

Namun tak aku biarkan itu terus terjadi. Aku berharap dengan ceritaku ini, mereka yang mengalami hal yang sama akan segera sembuh hatinya, karena aku percaya bahwa ada jalan menembus rasa sakit ini. Dan percaya atau tidak, semua kejadian ini akan membuatmu menjadi perempuan kuat.

Terkejut

Pukul 7.30, tanggal 2 Agustus 2018 harusnya menjadi hari yang paling membahagianku. Itu peringatan ke-15 perkawinanku. Handphone suamiku tergeletak di sudut ruang dapur, sedang diisi daya baterainya. Tiba-tiba warna layarnya berubah hijau…ada pesan masuk.

Sepanjang perkawinanku, tak pernah berani aku sentuh hp-nya tanpa minta izin dulu. Ketika pesan itu masuk, diam-diam aku mencoba membukanya, dengan password yang dia pernah beritahu padaku. Namun tak bisa terbuka.

Lalu aku hampiri suami dan bertanya, “boleh ku lihat handphonemu?”

“Kenapa?”

“Aku cuma mau lihat cara kerja hp-mu,” kataku. “Apa passwordnya?” wajahya terlihat pucat.

Suamiku akhirnya memberi kode hp-nya dan kubuka teleponnya.

Aku buka pesan yang masuk ke wa-nya, dan membacanya, lalu aku tertegun.

Hancur hatiku, putus asa. Aku berlari ke taman. Aku berteriak agar dia menghampiriku. Tak kuat, aku luapkan perasaan marahku dengan memukul dagunya. Aku tak mengerti mengapa dia tak bahagia.

Rasa sakitnya tak terkira. Orang lain tak akan tahu apa yang kurasakan karena ini tersimpan di dalam batin. Aku tak tahan dengan pengalaman ini, dan berusaha menyudahinya. Namun itu tak mudah.

Tak diinginkan

Makin aku bertahan, makin aku terbuang. Suamiku tak ingin aku ada di sisinya. Penolakannya membuaku menangis. Aku menangis di bawah pancuran air di kamar mandi agar anak-anak tak mendengar.

Aku tak pernah mengira, laki-laki yang aku kenal selama ini, ternyata bisa tega bersikap seperti itu padaku.

Bukannya merasa menyesal, suamiku malah bersikap dingin dengan cara menjauh. Tak pernah lagi mengecup bibirku. Dia memilih tidur terpisah, dan tak punya lagi rasa empati pada rasa sakit hatiku. Lebih menyakitkan lagi, dia lebih banyak menghabiskan malamnya di kantor.

Aku dituduhnya terlalu banyak mengatur. Aku terdiam, dan berkata dalam hati, bisa-bisanya dia menyalahkanku ketika perselingkuhannya terungkap.

Ketika seseorang yang kau begitu percaya, seseorang yang menemani dirimu ketika kau kesulitan, lalu menghindarimu, itu menghancurkan segalanya, dan itu membuatmu gila.

Di tempat tidur, aku terbangun memikirkan dirinya. Berharap dia masih memikirkanku walau tak akan bisa lagi. Di saat awal krisis ini, otakku seakan tak bisa diajak damai. Ahli antropologi Helen Fisher dalam acaranya TED yang ditonton jutaan orang mengatakan, sangat ironis ketika kau didepak oleh orang yang kau cintai, kau berusaha melupakannya, namun penolakan itu malah membuatmu makin mencintainya. Dan pendapat itu benar karena aku merasakannya.

Penolakan

Tingkah lakunya makin menyakitkanku. Suamiku lebih sering pulang larut malam dengan alasan banyak pekerjaan di kantor. Dulu dia tak seperti itu.

Aku berusaha amenghubungi hpnya, namun tak diangkat. Aku coba menelepon teman kerjanya untuk tahu keberadaannya. Dia tak ada.

Aku berusaha mengalah, dan mencoba mendekatinya, namun dia menolak. Kami tak lagi tidur dalam satu ranjang. Dia memilih tidur terpisah.

“Katakan padaku, kau masih mencintaiku,” pintaku padanya. Namun suamiku malah membelakangiku. Aku masih berusaha bertahan dengan perasaanku yang hancur ini. Namun segalanya kini berbeda.

Marah

Malu karena diabaikan dan tak dihormati, dan aku merasa harusnya aku yang marah dengan keadaan ini. Namun suamiku malah lebih emosi dan merasa bahwa perkawinan kami rusak karena caraku bersikap padanya.

Aku kembali mengalah dan berusaha memperbaiki hubungan, namun makin tak berarti. Suamiku merasa dialah yang benar atas kondisi ini.

Sebenarnya aku tak ingin ini terjadi. Kau merasa tak adil rasanya jika kebahagian yang pernah dijalani tak lagi bisa dinikmati. Dan biasanya pada hari Natal, di saat aku berharap ada keajaiban, termasuk lepas dari huru-hara rumah tanggaku ini, aku malah mendapat hal sebaliknya.

22 Desember, suamiku menghampiriku dan berkata kami harus berpisah untuk selamanya. Dan Dia mengatakan akan tetap datang pada Natal berikutnya untuk menjaga peraaan anak-anak kami. Namun sekali lagi dia menyalahkanku atas semua ini.

Kali ini aku tak tahan lagi, dan aku sangat marah padanya. Dia yang berbuat salah dengan SELINGKUH, tapi mengapa aku yang terus disalahkan.

Perpisahan tak dapat lagi aku hindari. Dia pergi untuk selamanya.

Di momen itulah aku bangkit. Aku tak boleh menyerah dengan keadaan ini. Aku tetap harus bekerja dan menabung untuk dua anakku. Aku titipkan anakku ke sepupuku di Devon.

Jika hatimu tercabik-cabik, dengarlah kata-kata ini: kau akan mendapatkan kekuatan. Dan kau akan lebih kuat dan lebih menawan setelah melewati fase-fase menyakitkan itu.

(Daily Mail, Dinns)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here